Jerit Penjual Leupeut Dampak Proyek Pembangunan Jembatan Cikereteg, Dagangannya Penuh Debu

Proyek pembangunan Jembatan Cikereteg masih menuai polemik. 10 kios depan SPBU Cikereteg terkena dampak akibat pembangunan jembatan tersebut.

|
Penulis: Wahyu Topami | Editor: Yudistira Wanne
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Kios-kios Terdampak Pembangunan Jembatan Cikereteg, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Wahyu Topami

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CARINGIN - Proyek pembangunan Jembatan Cikereteg, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, masih menuai polemik.

10 kios depan SPBU Cikereteg terkena dampak akibat pembangunan jembatan tersebut.

Dari 10 kios tersebut, tersisa hanya 8 kios masih buka. Sisanya memilih menyerah.

Pantauan TribunnewsBogor.com, 2 kios yang tutup itu di antaranya kios Gorden dan tambal ban.

2 kios tersebut merupakan kios yang memiliki lokasi terdekat dengan pembangunan jembatan.

Meskipun sisanya masih bertahan, penghasilnya pun angin-anginan.

Izul, salah satu warga pemilik warung Leupeut dirinya menceritakan, meskipun warungnya buka tapi terasa tidak seperti buka.

"Buka juga kaya gak buka, kemarin cuman dapat Rp 15.000," ujarnya pada TribunnewsBogor.com.

Selain keluhan tentang pendapatan, keluhan keretakan pondasi dan kebisingan juga menjadi salah satu dilema sendiri baginya.

Baca juga: Warungnya Retak Akibat Getaran Alat Proyek Jembatan Cikereteg, Penjual Leupeut: Ini Bikin Sakit

"Ya retak-retak, bising juga, debu ya beginilah," ungkapnya.

Tidak hanya itu tak jarang warungnya juga acapkali menjadi korban akibat tertutupnya oleh kendaraan-kendaraan proyek.

"Mobil-mobil proyek juga kadang asal parkir aja, kaga ada pemberitahuan dulu. Asal parkir aja jadinya jualan kan berdebu. Kalau ada pemberitahuan kan enak kita tidak buat jualan banyak gitu," bebernya.

Hal senada juga diutarakan oleh Lia pemilik warung Leupeut, ia sesalkan proyek pengerjaan jembatan Cikereteg karena debu, kebisingan serta keretakan yang ditimbulkan oleh proses pengerjaan itu.

"Saya mah bingung di sini kaya gak dianggap sebagai masyarakat, parkir kendaraan besar pada seenaknya. Mau minta tolong ke siapa lagi, ke pemerintah nyatanya kita dibiarkan saja," pungkasnya.(*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved