Sisi Lain Bogor

Cerita Mencekam Lubang Persembunyian Pejuang Kemerdekaan di Semplak Kota Bogor

Dia mengatakan bahwa dulunya diceritakan di bawah tanah sekitar tugu tersebut ada terowongan.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Suasana kawasan Tugu Pilar atau Tugu Triangulasi di Jalan Raya Semplak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Minggu (13/8/2023).tugu pilar 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR BARAT - Sebuah tugu putih yang diperkirakan berusia lebih dari 150 tahun masih berdiri sampai sekarang di Jalan Raya Semplak, Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Tugu tersebut merupakan Tugu Triangulasi yang dibangun pada jaman kolonial Belanda yang diketahui berfungsi untuk mencari titik koordinat atau pemetaan.

Keberadaan tugu ini juga telah menginspirasi nama kampung di dekatnya yang kini menggunakan nama 'Semplak Pilar.'

Di balik keberadaan Tugu Triangulasi ini rupanya menyimpan kenangan cerita perjuangan pejuang warga Kota Bogor di masa kolonial.

Hal ini diceritakan warga sekitar, Cicih (56) atas cerita yang dia dengar dari ayah dan kakeknya.

Dia mengatakan bahwa dulunya diceritakan di bawah tanah sekitar tugu tersebut ada terowongan.

"Di bawah itu katanya ada terowongan katanya, cerita orang tua," kata Cicih kepada TribunnewsBogor.com, Minggu (13/8/2023).

Dia menceritakan bahwa lorong tersebut cukup panjang.

Dia menduga bahwa terowongan tersebut digunakan untuk tempat bersembunyi para pejuang.

"Lorong ke dalam itu buat tempat ngumpet kayaknya. Buat bambu-bambu runcing di kali nanti disimpen di situ, tempat persembunyian. Di dalamnya ada dulunya lorong, katanya gitu," kata Cicih.

Susana di sekitar lokasi pun diceritakan cukup mencekam bagi para pejuang kemerdekaan saat itu.

Karena jalan yang kini menjadi Jalan Raya Semplak kerap dilintasi tentara belanda.

"Di sini teh dulunya tempat orang Belanda pada lewat katanya, jadi pada ngadepong (tiarap), pada ngumpet pas tentara Belanda lewat, mereka bawa senjata, kita mah boro-boro katanya cuma bambu runcing, dulu kakek saya cerita begitu. Makanya, katanya, harus bener sekolah, dulu mah gak pada sekolah, sekolahnya sekolah ngadepong," katanya.

Dia menceritakan bahwa lubang terowongan tersebut kini telah hilang ditelan waktu dan hanya menyisakan cerita mulut ke mulut di kalangan warga sekitar.

"Sekarang mah udah gak bolong, dulu mah kan bolong ada nembus sampai kemana gitu lupa saya, jauh katanya," ungkapnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved