"Alasannya inikan pabrik ukurannya gede, jadi harus memproses paling sedikit pucuk basah itu harus 20 ton perhari, jadi karena lahan tehnya sudah menyusut, jadi hasilnya panennya pun sama sedikit, jadi misal kurang dari 20 ton dipaksakan diolah di sini jadinya rugi, makanya ditutup dan dialihkan ke pabrik yang seinduk misalnya Cianjur," jelasnya.
Meskipun sudah tidak aktif lagi sebagai tempat pengolahan teh, nilai sejarah pabrik teh di Gunung Mas tidak akan pernah luntur dan termakan zaman.
Sebab biar bagaimanapun menurut Sapturi, dengan pernah beroperasinya pabrik teh di Gunung Mas itu ratusan orang bisa hidup hingga saat ini dan ia juga mengatakan tidak menuruti kemungkinan kedepannya pabrik teh tersebut akan dibuka kembali.
"Off itu dari tahun 2011, tapi setidaknya walaupun off pernah ada cerita tentang hidup ratusan karyawan Gunung Mas, tapi kemungkinan kedepannya akan dibuka kembali untuk pembuatan teh hijau," tutupnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.