IPB University

Muncul Isu Beras Plastik, Pakar Teknologi Pangan IPB University Tegaskan Itu Tidak Masuk Akal

Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University itu menegaskan, semestinya istilah beras plastik itu tidak ada.

Editor: widi bogor
IPB University
Pakar teknologi pangan IPB University, Prof Slamet Budijanto. Prof Slamet menegaskan, isu soal beras plastik itu hoaks. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Munculnya isu beras plastik mendapat tanggapan serius dari pakar teknologi pangan IPB University, Prof Slamet Budijanto.

Prof Slamet mengatakan bahwa yang diklaim selama ini sebagai beras plastik itu adalah hoaks.

Bahkan, kalaupun benar beras plastik ada, itu tidak masuk akal.

“Sebagai peneliti, saya bisa memastikan bahwa yang diklaim sebagai beras plastik itu hoaks. Itu adalah butiran/biji plastik, bukan beras,” terangnya saat diwawancara di kantornya, Kamis (12/10/2023).

Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University itu menegaskan, semestinya istilah beras plastik itu tidak ada.

Yang selama ini ada adalah biji plastik, bentuknya bisa bermacam-macam, termasuk bisa menyerupai beras.

“Yang viral itu sebenarnya biji plastik, tapi dikasih nama beras plastik. Jadi itu bukan beras,” katanya.

Menurut dia, kalaupun ada yang membuat produk beras dari plastik, hal itu tidak masuk akal.

Sebab, untuk membuat biji plastik membutuhkan biaya produksi yang jauh lebih mahal dari harga jual beras saat ini.

Ia menyebut, harga satu kilogram biji plastik dari hasil daur ulang (recycle) saja sudah mencapai Rp 20.000.

Lebih mahal dibanding beras premium sekalipun yang saat ini kisaran harganya Rp 15.000.

“Anda bayangkan, beras premium saja paling Rp 12.000 sampai Rp 15.000. Kalau hasil plastik recycle itu kemudian dibentuk seperti beras, kalau mau untung, mau dijual berapa? Ini jelas tidak masuk akal,” jelasnya.

Pada beberapa kasus, dalam pembuatan beras analog menggunakan gliceryn monostearat (GMS) yang merupakan produk turunan sawit.

Beberapa peneliti menyebutnya sebagai ‘plasticizer’ yang berfungsi supaya tidak lengket dan lebih kompak produk beras analognya.

“Bisa jadi istilah ini yang disalahartikan sebagai plastik. Jika iya, persepsi yang salah ini harus diluruskan,” katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved