IPB University

Waduh! Penyakit Janda Pirang Ancam Petani Bawah Merah, Ahli IPB University Turun Tangan

Hama yang baru pertama kali dikeluhkan petani bawang merah pada musim tanam ini diperkirakan menimbulkan kerugian lebih dari 60 persen.

Editor: widi bogor
IPB University
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University menerjunkan tim ahli klinik tanaman bawang merah pada Rabu (11/10/2023) hingga Jumat (13/10/2023) ke Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. 

Gejalanya adalah daun menguning serempak, tetapi umbinya tidak membusuk.

Setelah dikonfirmasi di lapangan, pada tanaman bergejala janda pirang juga ditemukan populasi thrips.

Dengan demikian tim ahli IPB University untuk sementara menduga bahwa penyakit janda pirang berkaitan dengan hama gurem.

Hanya saja, tanaman yang terserang di Brebes berumur lebih muda, yaitu sekitar 25 hari dan belum membentuk umbi, sehingga kerugiannya dapat mencapai 100 persen atau puso karena bawang menjadi tidak dapat dipanen.

Dalam investigasi lapangan selama tiga hari tersebut, tim ahli Klinik Tanaman IPB University mengunjungi hamparan pertanaman bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Jatibarang di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Dukuhwaru di Kabupaten Tegal.

Tim yang terdiri atas sejumlah dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB University tersebut merupakan ahli-ahli serangga, virus, cendawan, nematoda, dan bakteri.

Tim ahli juga bekerja sama dengan Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, Kementerian Pertanian dan jaringan petani mitra IPB University.

Selain terjun langsung di lahan secara bersama-sama, sejumlah sampel bawang juga sedang dikirimkan dari Nganjuk dan Kulonprogo baik oleh petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) maupun kelompok tani ke IPB University untuk penelitian lebih mendalam.

Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Prof Suryo Wiyono mengatakan, kegiatan ini adalah tradisi IPB University, khususnya Fakultas Pertanian, untuk selalu hadir dan tidak membiarkan petani berjuang sendirian.

"Setelah investigasi lapangan dan quick analysis di laboratorium, tim akan segera merumuskan rekomendasi pengendalian dan langkah-langkah lain yang perlu diambil, tentu saja dengan melibatkan instansi terkait," katanya.

Dalam waktu sebulan, ia mengharapkan sejumlah media diseminasi yang memuat rumusan rekomendasi dan policy brief selesai disusun.

Hal tersebut dapat dijadikan referensi bagi para pengambil kebijakan, khususnya lingkup pertanian.

”Perguruan tinggi sudah seharusnya menjadi bagian dari solusi permasalahan di lapangan,” pungkas Prof Suryo. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved