Pendaki Hilang di Gunung Pangrango

Amalan Paguyuban yang Tersesat di Gunung Pangrango, Sering ke Mata Air, Junjung 4 Unsur Zat Alam

Amalan Paguyuban yang Tersesat di Gunung Pangrango, Sering Datangi Mata Air, Percaya Hablum Minal Alam

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
TribunnewsBogor.com
Amalan Kepercayaan Paguyuban yang Tersesat di Gunung Pangrango 

"Saya lebih menjaga hubungan dengan alam," tambah Dedi.

Kata Dedi kegiatan seperti ini biasanya dilakukan di lokasi terdekat seperti mata air.

"Seperti mata air. Tidak ada tujuan lain selain jatanah, zat air, zat tanah, tetap itu kesatuan dari kita. Kita kurang satu dari 4 unsur itu tidak bisa berdiri seperti ini," kata Dedi warga Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Ia menerangkan berangkat ke Gunung Pangrango untuk berdoa.

"Tafakur, tadabur sama tasyakur. Kita tidak merawat air datang sendiri. Bener-bener bersyukur ke alam, hanya mengheningkan cipta," katanya.

Inilah alasan kenapa ada anak kecil ikut ziarah bersama pendaki yang sempat hilang di Gunung Pangrango.
Inilah alasan kenapa ada anak kecil ikut ziarah bersama pendaki yang sempat hilang di Gunung Pangrango. (Kolase Ist)

Dedi Saefullah menegaskan paguyuban Sir Buni Kasih juga tetap mengutamakan doa pada Allah.

"Kalau tawasul dimanapun dzikir itu harus, kita eling itu harus. Sebelum berangkat kita dzikir, berdoa, itu sudah kewajiban. Di curug cuma diam saja, memandang, menikmati alam," katanya.

Kepala Seksi Operasi SAR Jakarta, Agung Priambodo menerangkan 16 orang yang tersesat di Gunung Pangrango berniat untuk ziarah.

"Rencananya ziarah hari sabtu kemarin. Sore mereka bergerak, sempat bermalam. Rencana minggu sore mereka turun," katanya.

Saat di perjalanan rombongan paguyuban Sir Buni Kasih ini menghadapi kendala akibat cuaca buruk di Gunung Pangrango.

"Karena cuaca, hujan deras, kondisi medan juga," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved