Info UMKM Bogor

Kisah Pengrajin Golok di Leuwisadeng Bogor, Puluhan Tahun Bertahan Menjaga Warisan Nenek Moyang

Pria berusia 56 itu mengatakan, perjalanannya sebagai pengrajin pandai besi diwarisi oleh orang tuanya secara turun temurun.

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Proses pembuatan Golok Panjaungan di Kampung Pabuaran Tonggoh, Desa Kalong 1, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Selasa (13/8/2024). 

Harga sebilah golok hasil produksinya cukup bervariatif, mulai dari Rp50 ribu hingga ratusan ribu rupiah tergantung ukuran dan jenis bahan yang digunakan untuk sarung dan gagangnya.

Walaupun produksinya dilakukan di sebuah gubuk kecil, Romli menjamin kekuatan goloknya mampu bertahan hingga bertahun-tahun.

Bahkan golok buatannya pun telah dipasarkan ke berbagai daerah baik di wilayah Jawa Barat, hingga daerah lain.

"Kalau saya mah engga dapet banyak, engga kayak orang asal-asalan bikinnya, kalau saya mah engga mau, takut kecewa kalau asal-asalan," ucapnya.

Di samping itu, Romli menerangkan bahwa nama Panjaungan yang menjadi identitas dari golok produksinya diambil dari cerita para orang tua terdahulu.

Pasalnya, kata dia, sejak dahulu kala di tempatnya telah menjadi sentra kerajinan golok karena banyaknya pengrajin pandai besi di wilayah tersebut.

"Asal muasalnya karuhun-karuhun dulunya buka-nya nyaung-nyaung (di saung-saung) terus jadi Panjaungan," ungkapnya.

Namun kini perlahan-lahan pengrajin pandai besi di lingkungan tempat tinggalnya berkurang seiring perkembangan zaman dan turunnya daya beli.

Jika dihitung, menurutnya penurunan tempat pandai besi yang terjadi di wilayahnya mencapai 50 persen.

"Itu kualitas tadinya, asal-asalan jadi bangkrut (konsumen) engga pesen lagi, makanya banyak yang bangkrut di sini, di sini tinggal bapak yang bikin," pungkasnya.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved