Jejak Digital Shandy Martha Pembela Pagar Laut Tangerang, 5 Tahun Tak Sarjana, Tolak Ganti Presiden

Jejak Digital Shandy Martha Praja JRP Dukung Pagar Laut Tangerang, 5 Tahun Tak Jadi Sarjana, Demo Tolak Ganti Presiden

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
Kolase TribunnewsBogor.com
Jejak Digital Shandy Martha JRP Dukung Pagar Laut Tangerang, 5 Tahun Tak Jadi Sarjana, Demo Tolak Ganti Presiden 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Terkuak jejak digital Sandhy Martha Praja, kordinator Jaringan Rakyat Pantura (JRP).

Shandy mengaku tergabung dari JRP rupanya berstatus sebagai mahasiswa.

5 tahun kuliah, Shandy Martha Praja tak kunjung jadi sarjana.

Bahkan Shandy juga pernah demo tolak ganti Presiden.

Nama Shandy Martha Praja diperbincangkan usai mengaku membuat pagar laut Tangerang.

Ia mengaku-ngaku pagar laut dibuat secara swadaya dengan patungan Rp 5.000.

Tapi kini terungkap bahwa Shandy Martha Praja ternyata seorang mahasiswa.

Dia terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Shandy mulai kuliah sejak 9 September 2016.

Ia mengambil studi Ilmu Pemerintahan.

"Kampus UMT membenarkan Saudara Shandy sudah tidak menjadi mahasiswa UMT sejak Tahun 2021," kata Humas UMT Agus Kristian.

Agus  mengungkap bahwa Shandy telah dikeluarkan sejak tahun 2021.

Jadi, 5 tahun kuliah ternyata Shandy tak kunjung jadi sarjana.

"Kampus UMT membenarkan saudara Shandy sudah tidak menjadi mahasiswa UMT sejak tahun 2021," katanya.

Baca juga: Akun Medsos Koordinator JRP yang Bela Pagar Laut Digeruduk, Momen Shandy Ditertawakan Kholid Viral

Datanya Shandy dikeluarkan atau Drop Out (DO) pada tahun 2021/2022 semester ganjil.

Sebelum mengaku sebagai Jaringan Rakyat Pantura, Shandy Martha Praja pernah menjadi kordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Bersatu.

Mereka melakukan demo menolak deklarasi Relawan Nasional 2019 Ganti Presiden pada Selasa 4 September 2018 di bundaran Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).

Kini Shandy Martha Praja kembali muncul mengatasnamakan sebagai Jaringan Rakyat Pantura (JRP).

Shandy nimbrung dalam isu pagar laut Tangerang yang kini menjadi polemik.

"Sebetulnya bukan nelayan yang menancapkan bambu, tapi memang swadaya, kita sebut masyarakat. Karena ini (pagar laut) bukan hanya untuk kepentingan nelayan, ide dasarnya begitu. Ini adalah untuk juga kepentingan menahan abrasi, ombak dan segala macam, jadi dibuatlah tanggul itu," kata Shandy.

  • Kalah Debat dengan Nelayan Kholid

Dihadapkan dengan banyak narasumber termasuk nelayan Kholid, Shandy tampak kikuk menjawab pertanyaan soal pernyataannya yang kontroversial.

Terlebih nelayan Kholid blak-blakan bertanya ke Shandy soal pernyataan Shandy yang bak membela pendiri pagar laut.

Padahal Kholid sebagai nelayan yang sehari-hari melaut merasakan betul dampak buruk pagar laut tersebut.

Karenanya saat mendengar Shandy menyebut pagar laut dibuat atas swadaya masyarakat, Kholid tak terima dan balik bertanya ke Shandy.

Baca juga: Kekuatan Kholid Nelayan untuk Lawan Dalang Pagar Laut Tangerang, Pantas Tak Ciut Walau Diancam

"Kenapa saya justru belum bisa menangkap ketika pemagaran laut itu dibilang swadaya. Karena tolak ukurnya adalah pendapatan dari nelayan. Saya hitung, bambu itu dari Karangserang sampai Kronjo diperkirakan jutaan. Kalau perbatang bambu aja, harga bambu Rp20 ribu sampai Rp15 ribu. Kita hitung dari yang terendah, (bambu) Rp15 ribu dikali berapa juta bambu, udah berapa. Kira-kira masuk enggak dalam pikiran kita ketika itu swadaya masyarakat? Sementara pendapatan masyarakat sendiri morat-marit," tanya Kholid, nelayan viral penentang pagar laut.

Mendengar pertanyaan Kholid, Shandy tak langsung menjawabnya.

Sambil beretorika, Shandy justru membahas soal framing dan kepentingan nelayan alih-alih menjawab pertanyaan Kholid.

Hal itu lantas ditertawakan oleh Kholid.

"Justru ini yang harus jadi pembahasan kita. Kenapa tadi saya buka dengan proxy war, tidak ada kepentingan untuk nelayan tersebut, dalam framing tersebut. Kenapa tidak diviralkan soal kesejahteraan nelayan, apa kebutuhan nelayan? rakyat kita tidak akan kenyang kalau kita hanya bilang kenyang 1000 kali," jawab Shandy.

"Artinya dana hitung-hitungan itu mungkin ya swadaya (dari nelayan)," imbuh presenter.

"Kan berangkatnya dari situ tuh," ujar Shandy kikuk.

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :

https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved