"Jenis plastiknya sebetulnya bisa apa saja, yang paling tidak disarankan adalah Polivinil Khlorida karena PVC akan terlarut di dalam minyaknya. Kalau itu dibakar risikonya lebih tinggi. Tapi buat plastik-plastik yang tidak digunakan seperti bungkus mie instan, bungkus kopi, itu kebanyakan polypropylene dan itu relatif tidak sulit untuk diproses," papar pria kelahiran 1979 ini.
Pengganti minyak tanah
Dengan tabung berukuran dua liter, reaktor pirolisis yang dikembangkan Pandji mampu 'menyulap' 200 gram bungkus mi instan menjadi 120 mililiter minyak.
Minyak itu dihasilkan dalam proses pemanasan selama dua jam.
Ketika diuji coba, minyak hasil olahan bungkus mi instan itu bisa mendidihkan air sebanyak 200 mililiter dalam waktu kurang dari tiga menit.
Minyak sampah plastik, kata Pandji, lebih cocok dipakai sebagai pengganti kerosin atau minyak tanah dibanding bensin.
Baca: Dilaporkan Atas Tuduhan Ujaran Kebencian, Kasus Rocky Gerung Dilimpahkan ke Polda Metro
Sebab, minyak yang dihasilkan bersumber dari sampah plastik sudah tercampur dengan zat lain, sehingga berisiko bila digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
Sedangkan dari sisi ekonomi, harga minyak sampah plastik sulit bersaing dengan bensin dan solar yang masih disubsidi.
"Kita tahu harga minyak tanah sekarang sekitar Rp13 ribu perliter. Jadi sebetulnya dari sisi itu, ini bisa jadi substitusi minyak tanah yang ekonomis. Bisa dijual di kisaran Rp5000 per liter," ujar Pandji.
Reaktor pirolisis yang belum diberi nama itu, menurut Pandji, memberi manfaat bagai 'dua lalat tertangkap dengan sekali tepuk', sampahnya hilang, minyaknya dapat.
Ke depan, dia berharap bisa merancang reaktornya dengan konsep yang portabel dan komunal agar bisa digunakan masyarakat di daerah yang tidak memiliki akses terhadap bahan bakar cair, tapi memproduksi banyak sekali sampah plastik.
Dia mencontohkan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Pulau kecil ini kesulitan mengakses BBM, sementara sampah plastiknya menumpuk sebagai dampak dari industri pariwisata.
Baca: Ingin Dipertemukan dengan Kris Hatta, Begini Ekspresi Pucat Billy Syahputra : Kok Panik Ya ?
"Nah, kalau itu kita manfaatkan sebagai energi bahan bakar cair, seharusnya pulau-pulau kecil itu bisa terpenuhi kebutuhannya dengan sampah plastik yang ada di industri pariwisata," kata doktor lulusan Fakultas Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Tokyo.
Perilaku masyarakat
Merakit reaktornya juga terbilang mudah. Tingkat kesulitannya hampir sama dengan merakit kompor minyak.