Ilmuwan ITB Ubah Bungkus Mi Instan Menjadi Bahan Bakar Minyak, Ini Penjelasannya

Editor: khairunnisa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ITB

Meski demikian, Pandji menyadari bakal ada kendala dalam proses pemasarannya, terutama dalam hal mengubah perilaku masyarakat.

"Karena ini teknologi baru, dari sisi komersial mungkin orang akan ragu-ragu, apakah layak membeli ini. Artinya, saya sekarang sudah bisa punya elpiji, punya kompor minyak tanah sendiri, kenapa saya harus mengeluarkan uang untuk mengolah plastik menjadi minyak?" kata Pandji, memprediksi.

Di samping itu, ada persoalan dalam proses pirolisis, yaitu keluarnya bau yang menyengat. Namun menurut Pandji, persoalan itu bisa diupayakan agar dalam prosesnya, bau tidak bocor ke lingkungan sekitar.

"Begitu pakai sampah plastik itu, ada bagian yaitu bagian pewarna. Ini yang kita tidak bisa lawan baunya. Dan memang proses pirolisis ini lebih diutamakan supaya dia tidak bocor ke lingkungan. Jadi akan lebih mahal karena kita tidak ingin ada efek-efek ke lingkungan sekitar," ungkap Pandji.

Dari sisi keamanan, penggunaan minyak sampah plastik memiliki risiko yang sama dengan minyak tanah.

Baca: Foto Pertemuan Bocor Hingga Soal Kriminalisasi Ulama, Inilah Deretan Fakta Alumni 212 Temui Jokowi

Pandji mengingatkan, setiap bahan bakar memiliki risikonya masing-masing sehingga masyarakat harus selalu berhati-hati dalam menggunakannya.

"Saya tidak berani bilang ini sepenuhnya aman, tidak berbahaya. Pasti risikonya ada. Tapi kalau dilihat dari manfaatnya ada dua lalat yang tertangkap dengan sekali tepuk. Dari sisi energinya dan dari sisi sampahnya," ujar dia.
'Jangan hanya uji coba'

Bagaimana tanggapan masyarakat jika sampah plastik yang penggunaannya mirip dengan minyak tanah dipasarkan?

Seorang pedagang jagung kukus, Eman Sulaeman, menyambut baik apabila minyak sampah plastik dipasarkan. Apalagi jika harganya hanya Rp5.000 per liter.

Menurutnya, harga tersebut terjangkau dan lebih murah dari harga elpiji yang dibelinya dengan harga Rp 18.000 hingga Rp25.000 per tabung.

Maman juga mendukung produksi minyak sampah plastik lantaran bisa mengurangi sampah. Namun, pria berusia 40 tahun itu berpesan agar hal ini tidak sebatas uji coba.

Baca: Pertemuan Mantan Istri Dengan Istri Sirih Daus Mini : Kok Mau Sih Dinikahin Tapi Nggak Serumah ?

"Jangan sampai hanya uji coba, harus dijalani, (barangnya) mudah dicari, bahannya bagus, pasti dipakai masyarakat. Apalagi dengan harga murah, masyarakat juga pasti beralih ke harganya yang murah," tutur Eman.

Pendapat yang sama juga diutarakan Maman, seorang pedagang gorengan.

Halaman
1234

Berita Terkini