"Faktanya, selama ini anak mereka di paksa mengaku home schooling padahal tidak bersekolah sama sekali. Usaha ini agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain," kata Irjen Machfud Arifin.
Lalu, Machfud juga menuturkan bahwa jaringan mereka ini jgua kerap berkumpul setiap minggu sejak lama. Mereka melakukan doktrin dan melihat film-film soal terorisme.
Tidak hanya para orang tua, kata Machfud, tapi anak-anaknya juga ikut menjalani doktrin dari Dita.
"Bahkan, anak-anak pelaku dilarang sekolah. Kalau ditanya home schooling, itu tidak benar. Ya tak boleh sekolah.
Anak-anak didoktrin terus ditontonkan video pemahaman," ucap Machfud.
Baca: Jenazah Teroris yang Tewas di Mako Brimob Kelapa Dua Ditolak Warga, Ini Alasannya
Selain itu, Machfud juga membeberkan bahwa seluruh keluarga pelaku pengeboman tersebut ternyata berasal dari satu jaringan yang sama.
Dilansir dari TribunJatim.com, sebanyak 13 pelaku yang tewas ini satu pemimpin, yakni Dita Oeprianto (Sebelumnya tertulis Supriyanto).
Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan, para pelaku ini belajar ke Dita untuk melakukan teror.
Mereka ini melakukan dalam pertemuan setiap minggu di rumah Dita di Rungkut Surabaya.
"Mereka ini satu jaringan, satu guru. Gurunya Dita ini. Mereka didoktri pemahaman-pemahaman teror," jelas Machfud di Mapolda Jatim, Selasa (15/5/2018) pagi.
Baca: Bupati Bogor Wajibkan THM Tak Beroperasi Selama Puasa, Bila Membandal Akan Disegel