TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Mata Herayati berbinar-binar saat menceritakan kisah dirinya diminta jadi dosen di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ( Untirta) Banten.
Jadi dosen adalah cita-citanya sejak kecil.
Hera, begitu panggilannya, pernah menjadi pemberitaan pada 2018 lalu saat dirinya lulus dengan predikat cum laude dari Institut Teknologi Bandung ( ITB).
Saat itu, media mengangkat kisah Hera, seorang anak pengayuh becak yang berprestasi.
• Perjuangan Gadis SMP Demi Bantu Nenek & Biayai Adiknya, Jualan Bakpau Hingga Belajar di Jalanan
• Mantan Menteri Jadi Saksi Nikah Siti Badriah, Ini Sosok Krisjiana: Brondong & Lulusan Kampus Ternama
Saat ditanya apa cita-citanya, Hera mengutarakan ingin menjadi dosen.
Inilah awal mula perjalanan Hera menggapai impiannya mengajar di kampus ternama di Banten tersebut.
"2018 lalu saya diminta datang ke Untirta, tapi saat itu saya baru lulus S1, sementara jadi dosen minimal S2," kata Hera kepada Kompas.com di kediamannya di Jalan Masigit-Sumur Menjangan, Grogol, Kota Cilegon, Banten, Rabu (24/7/2019).
Hera yang kebetulan mengambil program fast track di ITB melanjutkan S2 di sana, yang ditempuhnya dalam waktu 10 bulan, kurang dari satu tahun.
Herayati dan kedua orang tuanya saat ditemui di kediamannya di Kota Cilegon, Rabu (24/7/2019).(KOMPAS.com/ ACEP NAZMUDIN)
Hebatnya lagi, dia lulus dengan predikat cum laude dengan IPK 3,8.
Setelah lulus S2, pihak Kampus Untirta kembali memanggil Hera, dan langsung diberi amanah untuk mengabdi sebagai dosen luar biasa di Jurusan Teknik.
"Maunya jadi dosen tetap, tapi harus PNS, sambil menunggu penerimaan, jadi dosen luar biasa dulu sementara di teknik untuk kimia dasar, mulai ngajar bulan September ini," kata perempuan kelahiran 17 April 1997 ini.
• Viral Cuitan Ngaku Alumni UI dan Ogah Digaji Rp 8 Juta, Feni Rose : Mungkin Dia Jalur Susah Payah
• ( Unduh ) Lagu Lily Alan Walker Feat K-391 & Emelie Hollow
Apa yang dicapai oleh Hera saat ini bukan sesuatu yang bisa didapat dengan mudah.
Dia menceritakan perih dan terjalnya perjalanan saat menempuh kuliah dalam keadaan terbatas.
Ya, ayah Hera, Sawiri, hanyalah seorang pengayuh becak di Cilegon.