Diduga Perbudak Manusia di Kebun Sawit, Bupati Langkat Terbit Rencana Punya Harta Fantastis

Penulis: Sanjaya Ardhi
Editor: Ardhi Sanjaya
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin mengenakan rompi tahanan usai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Kamis (20/1/2022) dini hari. KPK resmi menahan Bupati Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin bersama lima orang lainnya yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) serta mengamankan barang bukti berupa uang sebesar Rp 786 juta terkait pekerjaan pengadaan barang dan jasa tahun 2020 sampai 2022 di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Bupati Langkat non aktif, Terbit Rencana Perangin Angin, memiliki harta kekayaan yang fantastis.

Diduga mempekerjakan puluhan manusia di kebun sawit, Terbit memiliki harta puluhan miliar.

Malahan, Terbit Rencana Perangin Angin tak memiliki utang.

Terbit diduga melakukan tindak perbudakan terhadap puluhan manusia.

Kasus ini mencuat setelah Terbit terjari OTT KPK.

Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Mogran Berdaulat ( Migrant Care ) yang pertama kali mengungkap dugaan perbukaan ini.

Ketua Migrant Care Anis Hidayah mengaku mendapat laporan soal adanya kerangkeng manusia di halaman belakang rumah Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin Angin.

Kerangkeng manusia ini serupa dengan penjara yang terbuat dari besi, serta digembok.

Diduga, tempat ini digunakan sebagai penjara bagi pekerja sawit yang bekerja di ladang milik Terbit.

"Kerangkeng penjara itu digunakan untuk menampung pekerja mereka setelah mereka bekerja. Dijadikan kerangkeng untuk para pekerja sawit di ladangnya," kata Ketua Migrant Care Anis Hidayah dikutip dari Kompas.com.

Setidaknya ada dua kerangkeng di rumah Bupati Langkar.

Masing-masing berukuran 6,6 meter, diisi 27 orang.

Menurut Anis, orang yang ditahan disuruh bekerja di kebun sawit milik Terbit selama 10 jam, mulai dari 08.00 WIB sampai 18.00 WIB.

"Setelah mereka bekerja, dimasukkan ke dalam kerangkeng/sel dan tidak punya akses ke mana-mana," kata Anis.

Anis menduga, para pekerja ini diberi makan hanya dua kali sehari.

Halaman
1234

Berita Terkini