Tempat, tanggal lahir: Eckersdorf, Sesilia, Distrik Glatz, Jerman (sekarang bagian dari Polandia), 26 Mei 1936
Nama orangtua: Ferdinand Graf von Magnis dan Maria Anna Grafin von Magnis, prinzenssin zu Lowenstein.
Baca juga: BIODATA Harvey Moeis, Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi Timah, Rugikan Negara Rp271 Triliun?
Baca juga: BIODATA Jay Idzes, Bek Timnas Indonesia yang Main Penuh Saat Venezia FC Kena Comeback AC Reggiana
Baca juga: BIODATA Windy Saraswati, Penyanyi Rock yang Resmi Jadi Istri Gitaris Boomerang John Paul Ivan
Baca juga: BIODATA Aghnia Punjabi, Selebgram yang Anaknya Dianiaya Pengasuh hingga Lebam-lebam
Di Indonesia, Romo Magnis Suseno adalah sosok yang dikenal sebagai pastor gereja Katolik, cendekiawan, dan budayawan.
Dalam keluarganya, Romo Magnis adalah anak sulung.
Selain berdarah bangsawan, keluarga Romo Magnis Suseno juga termasuk dalam golongan rohaniawan Katolik yang taat.
Sejak 1 April 1996, ia menjadi guru besar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Ketertarikan Romo Magnis Suseno dalam dunia filsafat dan teologi sudah berkembang semenjak dirinya masih muda.
Semasa muda, Romo Magnis Suseno mendalami kerohanian di Neuhausen, antara tahun 1955-1957.
Ia kemudian mendalami studi filsafat di Philosophische Hochschule, Pullach, dekat kota Munchen antara tahun 1957-1960.
Pada tahun 1959, ia sudah mencapai gelar akademik Bakalaureat dalam filsafat, dan setahun kemudian pada 1960 meraih Lizentiat juga dalam bidang filsafat.
Pada tahun 1961, dalam usia 25 tahun ia dikirim ke Indonesia untuk mengenyam pendidikan di bidang filsafat dan teologi.
Selanjutnya, Romo Magnis Suseno memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada tahun 1977.
Romo Magnis juga berteman baik dengan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan menganggap Gus Dur sebegai orang paling penting dalam hidupnya.
Hingga saat ini Romo Magnis masih aktif sebagai dosen, ahli ilmu filsafat, serta aktif menghasilkan berbagai tulisan.
Pandangan-pandangan filosofis pada tiap karya Romo Magnis Suseno banyak diinspirasi oleh humanitas yang dikembangkan oleh Gereja.
Pemikiran-pemikiran teologis Katolik secara tegas tercermin di dalam setiap karyanya dengan sentuhan humanitas yang lebih moderat.
Diolah dari: Tribunnews 1, Tribunnews 2, Kompas.com 1, Kompas.com 2
(TribunnewsBogor.com)