Pilwalkot 2024

Dampak Buruk PAN Gabung Koalisi Gerindra PKB, Tiket Calon Wali Kota Bogor Dedie Rachim Dipertaruhkan

Penulis: Sanjaya Ardhi
Editor: widi bogor
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dampak Buruk Bila Dedie Rachim Gabung Koalisi Gerindra PKB, Tak Akan Dapat Tiket Calon Wali Kota Bogor

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Wacana koalisi Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN) dinilai merugikan calon Wali Kota Bogor Dedie Rachim.

Bila Partai Gerindra dan PAN koalisi dianggap justru menurunkan citra politik calon Wali Kota Bogor Dedie Rachim.

Wacana koalisi Partai Gerindra dan PAN berhembus setelah kunjungan politik pada Kamis (25/4/2024).

Pengamat Politik dari Universitas Djuanda Gotfridus Goris Seran berpendapat kunjungan PAN ke kantor DPC Partai Gerindra Kota Bogor hanya sebatas komunikasi politik saja.

"Dugaan saya, silaturahim Dedie n PAN ke Gerindra sebagai komunikasi politik saja. Silaturahim PAN ke Golkar sudah bagus dalam konteks penguatan koalisi," kata Seran.

Seran berpandangan bahwa jika memang PAN berniat koalisi dengan Partai Gerindra justru menurunkan citra politik calon Wali Kota Bogor Dedie Rachim.

Pasalnya Partai Gerindra Kota Bogor sudah sepakat menjalin koalisi dengan PKB.

Gerindra diketahui memiliki 6 kursi, sedangkan PKB 4 kursi.

Artinya koalisi ini sudah memenuhi syarat pencalonan 20 persen atau 10 kursi untuk mengusung calon Wali Kota Bogor.

Jika PAN ikut bergabung, Seran berpendapat Dedie Rachim justru digeser menjadi calon Wakil Wali Kota Bogor.

"Karena Gerindra tentu ngotot jadi F1, karena sudah punya koalisi bareng PKB. Gerindra sudah di atas angin," kata Seran.

Terlebih lagi Presiden terpilih merupakan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Meski demikian Seran melihat justru ada perpecahan faksi di tubuh Partai Gerindra Kota Bogor.

DPC Partai Gerindra Kota Bogor diketahui sudah memberi rekomendasi untuk Jenal Mutaqin.

Namun dengan adanya koalisi PKB, diduga ada faksi yang menginginkan mengusung calon Wali Kota Bogor dari luar partai.

"Saya lihat internal Gerindra terbelah dua faksi: faksi JM (Jenal Mutaqin) vs faksi yang pengen akomodir calon eksternal," katanya.

Pengamat Politik dari LS Vinus Bogor Yusfitriadi juga menilai koalisi Partai Gerindra dan PKB di Pilkada Kota Bogor sebegai bentuk kebingungan.

Pasalnya menurut Yus, Gerindra dan PKB minim history dalam dunia politik.

"Bentuk kebingungan aja, harus "berakrobat politik" seperti apa menjelang Pilkada. Karena Partai Gerindra dan PKB belum terdengar sama sekali dinamika politiknya," kata Yus.

Kedua partai tersebut bahkan dianggap tidak memiliki figur kuat untuk diusung sebagai calon Wali Kota Bogor.

Diketahui dalam penjaringannya sudah mendaftar sebagai calon Wali Kota Bogor adalah dua nama dari internal.

  • Sendi Fardiansyah
  • Raendi Rayendra
  • Farhat Abbas
Deklarasi koalisi Partai Gerindra PKB Kota Bogor untuk ajang Pulwalkot Bogor 2024. (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

"Begitupun PKB Kota Bogor. Walaupun secara kepartaian elektabilitasnya naik di kota bogor, namun lagi-lagi kebingungan mencari sosok yang layak untuk diusung menjadi calon Wali Kota Bogor maupun calon Wakil Wali Kota Bogor 2024," kata Yus Fitriadi.

Padahal sebelumnya Ketua DPC Partai Gerindra Kota Bogor Sopian Ali Agam sudah percaya diri bisa mengusung calon Wali Kota Bogor bersama PKB.

"Gerindra itu 6 kursi dan PKB itu 4 kursi jadi total 10 dan bisa mengusung sendiri. Untuk sosoknya, Ibaratnya kita didalam rumah ya calonnya harus sama," kata Sopian Ali Agam.

Sedangkan hingga kini baik Gerindra maupun PKB sama-sama masih belum memberi usulan nama calon Wali Kota Bogor yang akan mereka usung.

"Tunggu penjaringan yah," kata Ketua DPC PKB Kota Bogor Dewi Fatiman saat dikonfirmasi TribunnewsBogor.com.

Berita Terkini