Kholid bersama nelayan lain juga menegaskan, mereka tidak hanya diam saja dalam menanggapi polemik pagar laut tersebut.
Sejak lima bulan lalu, mereka sudah melaporkan ke pemerintah.
"Ke DKP provinsi sudah, responsnya, 'Iya kami sudah tahu', sudah sidak. Ini adalah melanggar," ujar Kholid.
Namun, laporan mereka tak kunjung ditindaklanjuti.
Barulah setelah viral, pagar laut tersebut jadi atensi nasional hingga dibongkar oleh TNI atas perintah Presiden RI Prabowo Subianto.
Kholid menganggap, negara justru tak berdaya dalam menegakkan aturan pada dalang pagar laut Tangerang.
"Seperti negara sudah dicaplok korporasi, takut amat gitu. Sudah jelas ini pelanggaran, kok masih disegel-segel," katanya.
Tindakan ini berbeda jauh dengan kasus saat nelayan melakukan pelanggaran di laut.
"Namanya nelayan itu ya salah sedikit aja di laut, itu udah ditangkap. Ketika ini kaitannya dengan pemodal besar, lah ini kok seperti takut-takut. Cari apa lagi? Sudah jelas melanggar, tangkap, cabut," kata Kholid.
Ia bahkan menantang dalang pagar laut Tangerang karena tak mau diperbudak.
"Saya begini marah emosi, hampura ya. Saya tidak ingin dikelola korporasi. Kalau saya dikelola korporasi sampai kiamat kita akan miskin terus, modelnya ya begini, bikin miskin," paparnya.
"Kalau negara enggak berani ngelawan, saya yang akan ngelawan. Dan saya akan pimpin masyarakat Banten untuk melawan korporasi itu, sudah siap, saya nyatakan ini," tambah Kholid.
Baca juga: Teriak Emosi Saat Nyemplung Cabut Pagar Laut, Said Didu Bocorkan Harga Jual Laut di TKP, Fantastis!
Baca juga: Sempat Disorot, Harta Kekayaan AKBP Jazuli Dani Turun Drastis, dari Rp29,5 Miliar Jadi Rp3,5 Miliar
Baca juga: Viralkan Kematian Ibunya di Madinah Saat Umroh, Akun TikTok Ini Dilaporkan Pemilik Travel ke Polisi
Sering Kena Intimidasi
Keberanian Kholid untuk speak-up soal pagar laut Tangerang, rupanya bukan tanpa risiko.
Dia mengaku sering menerima intimidasi dan ancaman dari orang tak dikenal.