Namun kata Salim, ia masih belum tahu bahwa dua adiknya ada di lokasi ledakan tersebut.
"Enggak janjian apa-apa, saya memang enggak tahu adik saya ada di lokasi. Saya baru nyampe, tiba-tiba itu udah meledak," akui Salim.
Hingga akhirnya firasat buruk Salim itu pun seolah jadi kenyataan.
Salim diberi kabar bahwa dua adiknya yakni Anwar dan Iyus jadi korban ledakan di lokasi pemusnahan amunisi kadaluarsa tersebut.
Mengetahui hal itu, Salim pun langsung mencari-cari keberadaan adiknya yang katanya jadi korban.
Alangkah terkejutnya Salim saat diberi tahu bahwa dua adiknya sudah jadi mayat dengan kondisi mengenaskan di rumah sakit.
"(Saya) belum tahu bahwa adik saya dua-duanya meninggal. Tahu-tahu (jasad korban) udah ada di sini (rumah sakit). Tadi waktu di lokasi mah saya ditarik, saya mondar-mandir nyari adik saya dua-duanya belum ketemu," ujar Salim sembari menahan tangis.
Profesi korban
Pilu mengenang sosok dua adiknya, Salim sedih mengingat keluarga yang ditinggalkan Anwar dan Iyus.
Diungkap Salim, Iyus meninggalkan seorang istri dan empat orang anak.
Sebelum meninggal, Iyus dan Anwar berprofesi sebagai petani.
Kesedihan Salim semakin menjadi-jadi saat menyadari bahwa tanaman yang ditanam sang adik belum selesai, tapi adiknya sudah wafat.
"Iyus sehari-hari menanam palawija, tanam semangka, sekarang tanaman semangkanya belum selesai. Usianya sekitar 51. Anwar pekerjaannya tanam padi, tanam cabai. Petani dua-duanya," pungkas Salim sambil menangis.
Terkait dengan aktivitas mendatangi lokasi pemusnahan amunisi, Salim bercerita bahwa kegiatan itu rutin dilakukan oleh warga sekitar.
Bahkan kata Salim, bukan cuma para korban saja, tapi juga warga lainnya biasa mendatangi lokasi tersebut.
Tapi biasanya di momen tersebut TNI sangat ketat melakukan penjagaan.