TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Di tengah geliat UMKM Kota Bogor yang terus berkembang, sebuah pabrik tahu sederhana tetap teguh berdiri sejak 1970-an.
Adalah Pabrik Tahu Bandung Raos 2, sebuah UMKM lokal yang terletak di Jalan Taman Cibalagung, RT 03/RW 04, Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, yang sehari-hari menjadi saksi hidup perjalanan tahu dari biji kedelai hingga menjadi sajian bergizi di meja makan masyarakat.
Dari luar, pabrik ini mungkin tampak biasa. Namun di dalamnya, terdapat proses produksi yang tak hanya menekankan pada kualitas, tetapi juga pada keberlanjutan dan kepercayaan antar mitra.
Bahan baku utama, yakni kedelai, diperoleh dari supplier tetap yang sudah menjalin kerja sama sejak lama.
“Dari dulu kita sudah kerja sama sama petani kedelai yang tahu kualitas. Sampai sekarang belum pernah gagal kirim, dan itu penting buat jaga rasa dan tekstur tahu,” ungkap Iwan (37) salah satu pegawai Pabrik Tahu Bandung Raos 2, saat ditemui di lokasi produksi.
Kualitas tahu yang dihasilkan memang tidak datang begitu saja. Prosesnya diawali dengan perendaman biji kedelai selama beberapa jam untuk melunakkannya.
Setelah itu, kedelai diremas hingga keluar sari-sarinya, lalu disaring untuk memisahkan ampas.
Sari kedelai inilah yang kemudian dipanaskan hingga mendidih sebelum dicampur koagulan alami seperti cuka atau garam epsom.
Campuran tersebut memicu pengendapan protein dalam sari kedelai yang kemudian dicetak menjadi tahu.
Untuk tahap perebusan, Pabrik Tahu Bandung Raos 2 masih menggunakan kayu bakar dari supplier lokal, menjaga rasa khas tahu tradisional yang sulit ditemukan di produk industri besar.
“Kayu bakar ini juga sudah kita langganan dari dulu. Selain lebih hemat, rasa tahunya beda. Lebih wangi dan padat,” jelas Iwan (37).
Sempat mengalami masa kejayaan saat masih memasok ke berbagai pedagang kaki lima dan pasar tradisional di Bogor, pabrik ini sempat terdampak cukup berat saat pandemi COVID-19.
Penutupan pasar dan pembatasan kegiatan ekonomi membuat banyak pelanggan hilang, bahkan berdampak pada pengurangan jumlah karyawan yang saat ini hanya tersisa enam orang.
“Dulu sebelum COVID, tiap pagi ramai. Sekarang kita lebih ke warung-warung dan tukang sayur yang keliling. Sebagian masih datang langsung ke sini buat ambil,” ujar Iwan.
Meski menghadapi berbagai tantangan, semangat untuk tetap memproduksi tahu yang sehat dan lezat tak pernah padam.