Kisah Teror di Bogor Tahun 1950-an, Rumah Warga Dijarah dan Dibakar, Situasi Mencekam
Warga berlarian menyelamatkan diri melintasi pesawahan untuk mengungsi ke tempat aman di saung-saung yang agak jauh dari kampung.
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Setelah Indonesia merdeka, dulu warga Bogor tidak serta merta langsung bisa hidup tenang sebagai masyarakat.
Pada tahun 1950-an masyarakat Bogor masih merasakan situasi teror.
Hal itu terjadi karena adanya sekelompok orang yang membuat warga Bogor ketakutan.
Sekelompok orang ini disebut warga sebagai 'gerombolan.'
Gerombolan ini kerap mendatangkan teror bagi masyarakat berupa perampokan hingga pembunuhan.
Setiap kali gerombolan ini datang ke suatu kampung, warga langsung membunyikan pentungan tanda bahaya.
Warga berlarian menyelamatkan diri melintasi pesawahan untuk mengungsi ke tempat aman di saung-saung yang agak jauh dari kampung.
Amin (75) warga Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor masih ingat betul bagaimana situasi kala itu.
Bahkan, kata Amin, rumahnya juga habis dibakar ketika gerombolan itu tiba-tiba menyerang kampung tempat tinggalnya.
"Sekitar tahun 1955-an lah, gak aman, setelah Belanda pergi tuh malah muncul gerombolan," kata Amin kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (5/11/2025).
Persembunyian di Gunung SalakĀ
Amin menggambarkan situasi pemukiman perkampungan di Bogor kala itu.
Warga sampai susah tidur karena ketakutan.
"Jam 07.00 - 08.00 WIB malem tuh dulu mah belum pada tidur warga, takut ada gerombolan," kata Amin.
Amin menjelaskan bahwa dulu saat dia kecil tinggal bersama orang tuanya di perkampungan di sebelah barat Gunung Salak.
Yaitu di Desa Gunungbunder, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Sementara Gunung Salak merupakan tempat para gerombolan itu bersembunyi.
Ketika ada gerombolan, warga akan membunyikan kentongan atau kohkol.
"Kalau kohkol dibunyikan berarti ada gerombolan. Kalau bunyinya tung tung tung tung tung berati terjadi tuh (ada gerombolan)," kata Amin.
Warga kampung secara ramai-ramai akan langsung pergi meninggalkan kampung untuk mengungsi.
Jika situasi sudah aman, biasanya kohkol dibunyikan tiga kali.
"Warga pada sembunyi ke sawah, rame-rame banyakan," katanya.
"Tiga kali bunyi kohkol berarti aman, warga pada pulang lagi ke rumah masing-masing," imbuh Amin.
Warga Dirampok dan Rumah Dibakar
Gerombolan ini, kata dia, tidak mengenakan seragam, tapi mengenakan pakaian biasa dengan benda tajam seperti golok yang dijadikan senjata.
Dalam suatu kejadian, Amin mengaku rumahnya sampai habis dibakar gerombolan ini.
"Rumah bapak dibakar dulu, habis. Mereka ngarampok apa aja, ada beras ada apa aja diambil, ikan, duit, habis diambil," katanya.
"Kambing warga aja dipikul dibawa. Ayam, kambing, apa aja dibawa ke Gunung Salak," imbuh Amin.
Amin mengatakan, tidak hanya merampok, gerombolan ini juga pernah menangkap salah seorang dari kelompok tukang kayu di Gunung Salak.
Kemudian setelah ditelusuri aparat, tukang kayu itu ditemukan sudah tewas dengan kondisi mengenaskan.
Seingat Amin, pada tahun 1965 situasi di Bogor kembali aman karena gerombolan itu berhasil ditumpas oleh TNI dan Polisi dengan strategi pagar betis.
"Sama pagar betis, sama rakyat ditutup, mereka sampai ke laparan kan di gunung, karena jadi gak bisa turun, seminggu gak bisa turun," katanya.
"Tahun 1965-an udah aman lagi," ungkapnya.
Nasib Mantan Gerombolan
Setelah berhasil ditumpas oleh pemerintah, ada anggota gerombolan ini yang bebas setelah menjalani hukuman.
Diantara para eks gerombolan ini, kata Amin, ada dua orang jawara yang terkenal di Bogor.
Yaitu sosok yang bernama Mad Kaya yang disebut-sebut asal Banten dan Pak Cua yang disebut-sebut asal Dramaga, Bogor.
Bahkan mereka jadi pembicaraan warga Bogor kala itu karena disebut-sebut kebal bacokan dan peluru.
Setelah ditindak, eks gerombolan ini hidup seperti biasa.
Amin mengaku tahu sosok Pak Cua yang menjadi pedagang beras di pasar wilayah Bogor.
"Pak Cua saya tahu, rambutnya gondrong, badannya sih gak besar, tapi dia katanya kebal ditembak," kata Amin.
"Dia jualan beras di pasar, dia punya anak satu lahirnya juga di gunung," ungkap Amin.
Namun, sosok-sosok yang dikenal jawara tersebut kini sudah tutup usia, tinggal turunannya yang mungkin masih ada di Bogor.
Amin tidak tahu detil terkait siapa para gerombolan ini, namun apa yang dialami dan diceritakan Amin ini diduga terkait pemberontakan DI/TII.
| Perkara Ditolak saat Pinjam Uang, 3 Pria di Bojonggede Bogor Nekat Aniaya Kenalan di Medsos |
|
|---|
| Pengakuan 3 Pembunuh Pria di Bojonggede Bogor Mengejutkan, Ungkap Alasan Lucuti Pakaian Korban |
|
|---|
| Sempat Kabur ke Caringin Bogor, 3 Pelaku Pembunuhan di Bojonggede Bogor Dijerat Pasal Berlapis |
|
|---|
| Ucapan Dosen Muda ke Bripda Waldi Sebelum Dibunuh, Bermula saat Berduaan di Kamar Jam 3 Pagi |
|
|---|
| Unggah Video Terakhir Dosen Jambi Sebelum Dibunuh Polisi, Mahasiswi Pilu: Beristirahatlah Ibu Cantik |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.