Curhat Terakhir Siswa SMP Tangsel Sebelum Tewas Dibully, Bongkar Perlakuan Kejam Pelaku Saat Piket

Kakak siswa SMPN 19 Tangsel mengurai curhatan terakhir sang adik, MH sebelum tewas pada Minggu (16/11/2025) karena diduga dibully oleh teman.

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
kolase Youtube channel tv one news
SISWA TANGSEL TEWAS DIBULLY: Tangkapan layar Rara (kiri) kakak siswa SMPN 19 Tangsel menceritakan curhatan terakhir sang adik, MH sebelum tewas karena diduga dibully oleh teman sekelasnya. 
Ringkasan Berita:
  • MH ternyata sudah lama dibully, tapi ia baru jujur setelah kondisinya makin parah.
  • Aksi bullying puncaknya saat MH dilempar kursi besi, membuatnya koma dan akhirnya meninggal.
  • Keluarga kecewa pada sikap sekolah dan memutuskan membawa kasus ini ke jalur hukum.

 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Curhatan terakhir MH (16), siswa SMPN 19 Tangsel sebelum tewas karena diduga dibully temannya diungkap keluarga.

Kakak MH, Rara mengungkap bahwa almarhum adiknya sempat bercerita soal kronologi ia mendapatkan perundungan dari teman sekelasnya pada 20 Oktober 2025.

Akibat dugaan pembullyan tersebut, MH pun mengalami luka parah hingga sempat koma di rumah sakit selama nyaris satu pekan.

Lantaran hal itu, MH pun akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (16/11/2025).

MH pertama kali masuk rumah sakit pada 9 November 2025.

Lalu di tanggal 11 November 2025, kondisi MH kian parah.

Diungkap Rara, sebelum kondisi MH memburuk, adiknya itu sempat bercerita panjang lebar soal kejadian perundungan yang ia dapatkan di sekolah.

Ternyata diakui korban, ia dibully sejak masuk SMPN 19 Tangsel.

Lalu puncaknya adalah di tanggal 20 Oktober 2025 itu, korban dilempar menggunakan kursi besi.

"Sebelum masuk rumah sakit itu dia pernah bicara empat mata dengan saya, kurang lebihnya dari awal MPLS sampai puncaknya di tanggal 20, saat pemukulan memakai kursi besi," imbuh Rara dilansir TribunnewsBogor.com dalam tayangan tv one news, Senin (17/11/2025).

Korban sempat menutupi

Sebelum menceritakan kepiluannya terkait perundungan, MH sempat menutupinya.

Hingga akhirnya Rara heran melihat perubahan fisik dari sang adik.

Rara cemas melihat mata adiknya terluka dan jalannya tak lagi tegap.

"Awalnya dari situ udah kelihatan, tapi dia enggak mau ngomong, jadi saya desak 'kenapa sih matanya kayak gitu, jalannya sempoyongan'. Akhirnya dia ngaku 'aku dipukul sama temanku'," ungkap Rara.

Tak cuma berlangsung sehari, pembullyan rupanya kerap didapatkan oleh korban semasa hidup.

Pernah suatu ketika, korban selesai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah.

Lalu secara mendadak pelaku memukuli korban dengan kakinya.

"Di hari yang sama itu selesai MBG, dia belum selesai nulis, jadi dia lanjutin nulis, lalu lengannya dipukul oleh pelaku memakai kaki sebanyak tiga kali," pungkas Rara.

Baca juga: Sempat Dirawat, Semua Siswa Korban Dugaan Keracunan di Bogor Selatan Sudah Dipulangkan

Puncak dari perundungan itu diakui MH adalah saat ia sedang melaksanakan piket di kelas.

Secara tiba-tiba MH dilempar oleh pelaku menggunakan kursi besi.

"Lalu pas pulang sekolah, Hisyam ini piket di hari senin, saksi di sana ada tiga orang, Hisyam ini lagi melaksanakan satu hari satu kebaikan dengan mungut sampah di kolong meja, pelaku memukul dari belakang (korban)," ujar Rara.

SISWA TANGSEL TEWAS DIBULLY: Tangkapan layar Rara (kiri) kakak siswa SMPN 19 Tangsel menceritakan curhatan terakhir sang adik, MH sebelum tewas karena diduga dibully oleh teman sekelasnya.
SISWA TANGSEL TEWAS DIBULLY: Tangkapan layar Rara (kiri) kakak siswa SMPN 19 Tangsel menceritakan curhatan terakhir sang adik, MH sebelum tewas karena diduga dibully oleh teman sekelasnya. (kolase Youtube channel tv one news)

Akibat kejadian itu, MH pun jatuh sakit lalu kondisinya kian memburuk sejak awal November 2025.

"Selama lima hari dia koma, belum sadar. Kami sepekan ini urus kesehatan almarhum dulu. Kesehatannya diutamakan," imbuh Rara.

Atas kasus tersebut, pihak keluarga sempat meminta tanggung jawab dari pihak sekolah dan pelaku.

Namun hasilnya kata pengacara korban tidak memuaskan.

"Pada 22 Oktober itu sudah duduk bersama dengan pihak sekolah, tapi itu hanya pernyataan dari pelaku yaitu menyetujui untuk membiayai pengobatan sampai pulih baik fisik maupun psikis. Tapi setelah itu dua hari berjalan, tidak ada itikad baik dari sekolah untuk mendatangi rumah korban," ujar Alfian, pengacara keluarga korban.

Karenanya, pihak keluarga MH akan membawa kasus kematian MH itu ke jalur hukum.

"Proses hukum akan tetap berlanjut dengan berbagai musyawarah dulu," kata Alfian.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved