Kecelakaan Tambang
Sukarelawan Evakuasi Gurandil Kesulitan Pakai Alat Pengaman
Setiap kali masuk ke dalam lubang, Acong dan penambang lain, tidak pernah menggunakan alat pengaman
Penulis: Ardhi Sanjaya | Editor: Suut Amdani
Laporan wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, NANGGUNG - Sukarelawan kesulitan dalam menggunakan alat evakuasi saat masuk ke dalam Lubang Kunti, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Sukarelawan ini, dilengkapi dengan Sitarna, tali, webing, karabiner, headlamp.
"Malah ribet saya mah," kata seorang sukarelawan, warga Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Acong (21).
Selama empat tahun, Acong menjadi penambang emas tanpa izin (Peti).
Setiap kali masuk ke dalam lubang, Acong dan penambang lain, tidak pernah menggunakan alat seperti ini.
"Kalau ada apa-apa di dalam kan jadi tinggal lari saja, tapi kalau pakai tali mah susah," katanya.
Sebelumnya, Sebelumnya, Sebanyak 13 warga masuk ke lubang kunti yang telah mengubur hidup-hidup 12 gurandil.
Luas lubang kunti bervariatif dan minim ada oksigen.
Seorang warga yang masuk ke lubang tersebut bernama Pepeng (42).
Sejak pukul 11.00 WIB tadi, dia masuk untuk mencari rekannya yang tertimbun longsor.
"Saya masuk puluhan meter, sampai lokasi longsornya," kata Pepeng pada TribunnewsBogor.com di lokasi.
Luas lubang di dalamnya sangat bervariatif.
"Ada yang ngepas sama badan dan juga yang luas jadi kita bisa berdiri," katanya.
Pepeng sendiri hanya 1,5 jam di dalam lubang maut tersebut sekitar pukul 12.30 WIB, pria itu keluar dari lubang.
"Susah napas di dalam sana, mata juga sulit ngeliat," katanya.
Sejak kemarin, masyarakat yang juga penambang emas tanpa izin, secara bergantian masuk untuk mencari korban.
Mereka secara bergantian masuk lubang untuk mencari rekannya yang tertimbun.(*)