Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Nasib Pilu Satu Keluarga di Rancabungur Bogor, Tinggal di Gubuk Kecil yang Terbuat dari Sisa Proyek

Dedi, selaku kepala keluarga mengungkapkan, tinggal di gubuk tersebut bersama dua anak dan seorang istri sejak tiga tahun

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Ardhi Sanjaya
TribunnewsBogor.com/Muamaruddin Irfani
Penampakan gubuk kecil yang ditinggali oleh satu keluarga di Kampung Sukajadi, Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Kamis (9/10/2025). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, RANCABUNGUR - Kisah pilu dialami oleh satu keluarga yang tinggal di Kampung Sukajadi, Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor.

Satu keluarga yang terdiri dari empat jiwa di dalamnya itu tinggal di sebuah gubuk kecil yang terbuat dari bambu.

Dedi, selaku kepala keluarga mengungkapkan, tinggal di gubuk tersebut bersama dua anak dan seorang istri sejak tiga tahun belakangan.

Sebelumnya, ia sempat mengontrak sebuah rumah di wilayah Tangerang kemudian kembali tinggal bersama orang tuanya.

Akan tetapi, karena di rumah orang tuanya sudah terlalu banyak keluarga yang tinggal, ia pun memanfaatkan lahan kosong di area depan untuk membangun sebuah gubuk.

"Emang sengaja begitu aja, sengaja buat tinggal. Tadinya di sini (rumah orang tua) tahun 2018, pindah ke situ tahun 2022, tadinya di sini (rumah orang tua) tapi udah kebanyakan," ujarnya, Kamis (9/10/2025).

Ia mengaku tidak memiliki pilihan lain untuk mencari tempat tinggal yang lebih layak karena keterbatasan ekonomi.

Pria berusia 39 tahun itu bekerja serabutan menjadi kuli bangunan yang bertugas menjadi kenek membantu tukang bangunan.

Namun karena tak selalu ada pekerjaan, ia berinisiatif membantu istrinya membuat sapu lidi untuk jual.

Tugasnya adalah mencari dan mengumpulkan bahan sapu lidi ke kebun sawit yang tak jauh dari rumahnya lalu dibawa pulang.

Ayah dari dua orang putra itu mengatakan, pekerjaan yang dijalaninya saat ini tidak mencukupi untuk kebutuhan di rumah.

Kendati demikian, ia terus berusaha mencari uang agar keluarganya tidak kekurangan, terlebih anak pertamanya telah bersekolah dibangku kelas III SD dan anak keduanya masih berusia 4 tahun.

Bekerja sebagai kuli bangunan, Dedi mengaku mendapat upah sebesar Rp120 ribu perhari yang dibayarkan setiap satu minggu sekali.

Sementara itu penghasilan dari sapu lidi yang dibuatnya tidak menentu, sebab, tiap satu ikat sapu lidi dibeli oleh pengepul dengan harga Rp3.500.

"Engga nutup, cuma kan daripada diem aja, daripada maen," katanya.

Dalam membangun gubuk tersebut, Dedi memanfaatkan material sisa proyek yang dikerjakannya sebagai pekerja bangunan.

Berbagai material seperti kayu, atap genteng yang tak terpakai dibawa pulang untuk membangun istananya.

"Iya barang-barang bekas, kayu-kayu bekasnya dibawa pulang," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved