Mamat Alkatiri: Saya Tahu Pak Jokowi Mau Papua Maju, Tapi Orang di Sekelilingnya Terlalu Mengekang

Menurut Tokoh Pemuda Papua, ia tahu Jokowi ingin Papua Maju, tapi orang sekelilingnya seperti mengekang Jokowi berbuat sesuatu untuk Papua.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Ardhi Sanjaya
Youtube/Indonesia Lawyers Club
Tokoh Pemuda Papua Mamat Alkatiri 

Najwa Shihab kemudian menyinggung soal kesimpangsiuran informasi.

"Pak Wiranto, bentrok yang terjadi sempat simpang siur jumlah korbannya Pak, terutama di Deiyai," ujar Najwa Shihab.

"Anda bahkan sempat menolak jumlah korban, kenapa Pak? Ada kesan menutup-tutupi informasi?"

Mendengar hal itu, Wiranto langsung meminta Najwa Shihab tidak asal menuduh.

Ia menjelaskan bahwa informasi yang disampaikan haruslah jelas dan akurat.

"Jangan nuduh seperti itu ya, sama sekali tidak, kita tidak sembarangan menyebutkan korban, sebelum ada laporan yang jelas," jawab Wiranto.

"Karena beritanya memang simpang siur."

"Di beberapa tempat memang jauh ya dari perkotaan, dan kemudian memang internet sedang dilemotkan, sehingga informasi juga tidak secepat yang di Jakarta."

"Jangan sampai kemudian kita menuduh menyembunyikan itu, tidak sama sekali," ungkap Wiranto.

Menanggapi hal itu, Najwa Shihab lantas menanyakan jumlah korban terupdate.

"Jumlah korban sekarang bisa dikonfirmasi ada berapa banyak Pak Wiranto?," tanya Najwa Shihab.

"Saya mendapatkan laporan tadi dari Pak Tito, Kapolri yang sementara ada di Jayapura, juga panglima TNI," ucap Wiranto.

"Mengapa beliau berdua di sana? Untuk langsung melihat, memantau kondisi di sana."

"Untuk bisa mengendalikan langsung agar kondisi yang sudah kondusif ini lebih terus dapat dipertahankan, dirawat, dan lebih kondusif lagi," sambungnya.

Wiranto kemudian memberikan rincian korban rusuh di Papua.

"Dari laporan yang saya terima tadi, memang jumlah korban sementara ini yang dilaporkan ya, dari TNI ada 1 yang meninggal, yang luka-luka di Jayapura itu atau Deiyai, ada 2 TNI yang luka parah, 3 dari kepolisian."

"Kemudian ada 6 dari masyarakat yang meninggal, kemudian dari Papua Barat hanya ada yang luka-luka tidak ada yang meninggal," ungkapnya.

Wiranto menegaskan, terkait informasi korban dan lain sebagainya, masyarakat diimbau untuk mengacu pada laporan aparat yang terjun langsung di lokasi, termasuk melalui pemerintah.

Najwa Shihab kemudian menyoroti soal aksi pelemotan jaringan internet di Papua.

"Soal pembatasan internet ini juga menjadi sorotan tajam," kata Najwa Shihab.

"Dan kalau melihat sebelumnya pun pemerintah sempat mengambil langkah ini ketika kasus di Jakarta, pascapemilu."

"Apakah memang akan menjadi 'senjata' negara begitu, setiap menghadapi kerusuhan internet akan dibatasi?"

Wiranto lantas menjelaskan bahwa tindakan pembatasan internet bukan 'senjata'.

"Itu bukan 'senjata', bukan cara terbaik, kita sangat menyesalkan dan minta maaf kalau itu kita lakukan," ujar Wiranto.

"Tapi ingat ya, bahwa internet saat ini merupakan bagian dari denyut nadi kehidupan masyarakat"

"Kita paham betul karena dengan internet itu kita memajukan pendidikan, bisa membantu pemerintah bisa membuat keputusan yang cepat, pelayanan publik yang lebih cepat lagi," ucapnya.

Selain menyebutkan kelebihan internet, Wiranto juga menyoroti dampak negatifnya.

"Tetapi sayangnya internet tidak bisa kita pisahkan dari komunikasi-komunikasi untuk kejahatan, terorisme, narkoba, sekarang menyangkut rakyat, menyangkut hal-hal yang anarkis," tutur Wiranto.

"Itu juga menggunakan perangkat yang sama, alat yang sama, memang sangat dilematis, kalau kita biarkan maka penggunaan internet akan membuat masalah tidak terselesaikan."

"Bahkan lebih luas lagi berkembang, maka dengan sangat menyesal sementara kita lemotkan, tidak kita tutup, kita lemotkan."

"Agar pemberitaan-pemberitaan, gambar-gambar bisa kita cegah untuk menjadi sumber masalah, hoaks, berita-berita provokasi, sementara bisa kita redam."

"Dan nyatanya memang seperti itu, tapi itu kan hanya sementara, pada saat kondusif, sudah bagus, kita akan aktifkan kembali," ungkap Wiranto.

(TribunWow.com/Lailatun Niqmah)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved