Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Motif Siswi SMP Lompat dari Lantai 4 Sekolah, Psikolog: Banyak Kejadian Panjang yang Menekan Pelaku

Menurut Liza, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk bunuh diri, salah satunya pribadi yang introvert.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Damanhuri
Youtube/CNN Indonesia
Psikolog Klinis dan Hipnoterapis Liza M Djaprie soal fenomena bunuh diri di usia dini 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Psikolog Klinis dan Hipnoterapis Liza M Djaprie mengatakan, tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh siswi SMP di Jakarta Timur SN (14) yang melompat dari lantai 4 gedung sekolah bukan tindakan instan.

Menurutnya, hal itu dilakukan SN dan kebanyakan korban bunuh diri lainnya karena adanya konflik yang memuncak.

"Jadi yang namanya bunuh diri itu bukan satu tindakan yang instan dilakukan saat itu, jadi bunuh diri dilakukan bukan hanya terjadi di situ, jadi sudah banyak terjadi kejadian panjang sekali dan semakin menekan si pelaku, sampai akhirnya pada satu titik di mana dia merasa 'udah deh gak ada jalan lagi, aku akhiri aja, siapa tahu dengan mengakhiri semua selesai nih'," kata Liza M Djaprie dikutip dari Youtube CNN Indonesia Senin (20/1/2020).

Ia pun mengatakan kalau kejadian itu tidak bisa hanya disebut sebagai dampak dari adanya aksi bullying di sekolah.

"Faktor-faktornya juga kompleks, kita gak hanya bisa mengatakan bahwa gara-gara bullying nih, atau gara-gara keluarga nih, gara-gara pacar nih, nggak juga. Jadi kadang-kadang faktornya juga bisa kompleks," jelasnya.

Lebih lanjut Liza M Djaprie juga mengatakan kalau faktor lainnya yakni dari pribadi korban bunuh diri tersebut.

"Memang mungkin karakter kepribadian yang introvert, yang dia memang menyimpan terus, tak bisa sharing, kemudian jadi stress sendiri, atau kemudian mungkin dari keluarga ada masalah, dari teman ada masalah, ada bullying juga mungkin, yang mengakibatkan sampai pada titik itu dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar," bebernya.

Iya juga menyayangkan bahwa di budaya selama ini, kita masih menekankan pada kecerdasan intelektual saja.

"Padahal ada dua kecerdasan lain yang juga harus dibangun, yaitu kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Masyarakat itu mengagung-agungkan yang penting matematika pinter, IPA, fisika," ucapnya.

Di dunia nyata, kata Liza M Djaprie, dilakukan penelitian bahwa 80 persen mereka yang sukses itu justru kesuksesan itu yang menentukan intelektual hanya 20 persen.

Motif Siswi SMP Lompat dari Lantai 4, Sekolah Bicara Masalah yang Dihadapi SN dan Bantah Soal Bully

Sekolah di Tempat Paling Mahal, Anak Nia Ramadhani Protes Kurang Besar, Ardi Bakri Pusing: Buset Deh

"80 persen lainnya ditentukan oleh bagaimana kita mampu mengelola emosi kita dengan cerdas," kata dia.

Tak hanya itu, ia juga moeyorot soal adanya krisis empati yang terjadi di masyarakat saat ini.

"Apapun motifnya ini pasti proses yang sudah menumpuk terlalu lama, di kasus ini juga kan tanda-tandanya sudah banyak, di IGS dia, beredar chat dia dengan teman. Kita skip untuk merangkul korban-korban yang melakukan bunuh diri seperti ini. Kita mengalamai apa yang disebut sekarang krisis empati. Gimana caranya krisis empati ini lebih ditekankan lagi," jelasnya.

Psikolog Klinis dan Hipnoterapis Liza M Djaprie
Psikolog Klinis dan Hipnoterapis Liza M Djaprie (Youtube/CNN Indonesia)

Hal itu juga dibenarkan oleh Sosiolog Univ. Nasional, Sigit Rochadi.

"Itu karena yang bersangkutan kurang terintegrasi dengan kelompok, keluarga, jadi saya setuju, tidak ada keputusan bunuh diri yang lahir sesaat. Kayaknya terkonfirmasi dengan status almarhum yang merasa tidak dibela, merasa tidak punya teman, maka ia memilih mengakhiri hidupnya. Ini bukan sesuatu yang muncul sesaat," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, aksi siswi SMP di Jakarta Timur SN (14) melompat dari lantai 4 gedung sekolah belakangan menyita perhatian publik.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved