Teror Virus Corona
Kisah Nenek Penjual Kopi di Jakarta - Hidup Sebatang Kara, Jualan Sepi Sejak Virus Corona Melanda
Pendemi virus corona atau Covid-19 yang belakangan melanda tanah air cukup membuat perekonomian warga lumpuh.
Penulis: Damanhuri | Editor: Vivi Febrianti
"Iya satu kamar sendiri, saya bayar sendiri Rp 400 ribu," jawab Rubiem.
Karni Ilyas pun menayakan ukuran kontrakan yang disewa nenek Rubiem di ibu kota.
"Enggak pak cuma satu kamar, ada lemari, kasur," cerita Rubiem.
Tinggal sendiri di Jakarta, Rubiem mengaku masih bisa mencukup-cukupi kesehariannya dengan uang dari hasil jerih payahnya menjual kopi.
• Kronologi Jenazah Pasien PDP Dimakamkan Keluarga, Jubir Covid-19 : Terpaksa Kita Lihat dari Luar
Menurut Rubiem, ia merantau seorang diri di Jakarta untuk membantu perekonimian keluarganya di kampung halaman.
Ia mengkau mempunyai 4 anak yang bekerja sebagai petani, 9 cucu dan 1 cicit di kampung halamannya.
Menurut Rubiem, penghasilannya menjual kopi selain untuk mencukupi kehidupannya di Jakarta juga dikirim untuk keluarganya di kampung.
"ibu sayakan di kampung, umurnya udah 100 tahun dan saya tiap bulan ngirimin (uang,red) pak," kata Rubiem.
Saat ditanya oleh Karni Ilyah terkait harapannya, nenek Rubiem hanya berharap bisa pulang kampung ke Klaten dan berkumpul bersama keluarganya di kampung halaman.
"Saya mau pulang kampung, di sini sepi pak, udah dua minggu saya engga dagang, di rumah aja," kata nenek Rubiem tersenyum.
Menurut Rubiem, ia tak bisa bejualan sejak virus corona mulai melanda di ibu kota, sehingga ia memilih pulang kampung.
"Iya, soalnya sepi pak gak ada orang," ujar Rubiem.
Saat ditanya ongkos pulang kampung, nenek Rubiem mengaku tak punya uang.
"Berapa ongkos pulangnya?" tanya Karni Ilyas.
"Sekitar Rp 500 ribu pak," jawabnya.
"Yaudah nanti dikasih ongkos ibu pulang kampung," kata Karni Ilyas.
"Iya, makasih ya pak ya," ucap Rubiem tersenyum.
(TribunnewsBogor.com)