Ramai Soal Donasi Keluarga Akidi Tio, Pemilik Warteg Langsung Bagikan 2T di Tengah Pandemi Covid-19

Bahkan, dikabarkan jika sumbangan keluarga Akidi Tio itu hanya hoaks atau kebohongan saja hingga menjadi pergunjingan warga

Penulis: Damanhuri | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Suasana tampak depan Warteg Kharisma Bahari Elegant di Jalan Taman Margasatwa Ragunan di Pasar Minggu Jakarta Selatan. 

Bahkan, aksi program 2T versi warteg ini nyata dan langsung bisa dirasakan oleh warga.

"Kan lagi ramai tentang sumbangan orang 2T ini. Saya pikir kita enggak usah muluk-muluk nyumbang banyak tapi masih enggak jelas.

Saya bermaksud memberikan aksi real. bahwa enggak usah banyak-banyak. Cukup berbagi 2 telor, nasi dan sayur saja sangat bermanfaat banget buat warga," tuturnya saat dikonfirmasi TribunJakarta.com pada Kamis (5/8/2021).

Baca juga: Cerita Saksi Sebelum Temukan PSK Tewas usai Layani Bule, Korban Sempat Menjerit: Memang Langganan

Sonny berharap aksi sosial 2T ini bisa membantu warga karena menghemat uang makan bagi mereka.

Dengan begitu, uang yang harusnya untuk beli makan bisa dialihkan untuk kebutuhan lain.

Sonny tak menampik aksinya ini juga sebagai sindiran halus bagi berita donasi Rp 2 triliun yang berbuntut panjang.

Makan 20 Menit

Peraturan baru dari pemerintah yang mengizinkan pemilik warteg untuk membuka layanan makan di tempat selama 20 menit direspons baik oleh pemilik Warteg Kharisma Elegant di Warung Jati, Kecamatan Pasar Minggu, Sonny Mahendra. 

Menurut Sonny, kebijakan ini cukup membantu meringankan usahanya yang sempat tidak melayani makan di tempat. 

Sebab, selama masa PPKM darurat, omzet wartegnya menurun drastis.

"Mudah-mudahan ada kenaikan omzet, tapi memang sejak PPKM darurat, tidak boleh makan di tempat, sangat pengaruh ke omzet. Karena pengunjung kita kebanyakan orang di lapangan," ujarnya.

Meski hanya 20 menit, Sonny menerima kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. 

Namun, ia memprediksi pengunjung di warteg akan melebihi waktu yang sudah ditentukan pemerintah.

"Saya terima daripada enggak boleh makan di tempat. Paling pada praktiknya, bakal lebih. Mereka kan makan, sekalian istirahat. Cara mengukur 20 menit juga susah. Kita enggak mungkin lihatin jam terus," lanjutnya. 

Saat ini saja, pengunjung yang datang ke wartegnya masih jarang. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved