Kalahkan Kandidat Muda Lainnya, Elektabilitas Prabowo Subianto Semakin di Atas Angin
Nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terus berada di atas angin menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
Belum Aman
Dominasi Prabowo dalam beberapa lembaga survei belum bisa dijadikan alasan yang bersangkutan sudah aman di 2024.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan tingginya elektabilitas Prabowo sebagai hal wajar karena memiliki tabungan politik lebih memadai ketimbang calon lain.
"Prabowo sudah ikut pilpres tiga kali, ini salah satu alasan kenapa dia merajai banyak survei. Elektabilitas Prabowo dalam banyak hal dipengaruhi popularitas dirinya yang menjulang menyentuh langit, sehingga publik mayoritas memilih Prabowo karena bias popularitas. Sementra popularitas calon lain masih on going process," ujar Adi.
Baca juga: Gerindra Ungkap Kriteria Cawapres yang Pantas Dampingi Prabowo di Pilpres 2024: Tidak Klemak-Klemek
Adi menegaskan raihan elektabilitas Prabowo saat ini juga belum aman. Menurutnya, idealnya elektabilitas Prabowo, yang berulangkali ikut kontestasi politik, berada di atas 45 persen guna mengunci kemenangan.
"Meski sekarang unggul, tapi agak rentan dibalap figur lain karena jarak elektabilitas tak terlalu jauh. Tentu ini alarm bagi Prabowo untuk terus menjaga trend positif elektabilitasnya agar aman sebagai bekal pilpres," imbuhnya.
Senada, pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menegaskan tingginya elektabilitas Prabowo dipengaruhi dua faktor.
Yakni tabungan elektabilitas yang diperoleh pascapertarungan di Pilpres 2014 dan 2019, serta posisinya sebagai ketua umum partai politik.
"Jadi dua hal ini cukup membuat pak Prabowo mempunyai elektabilitas tinggi. Partainya kan juga bukan sembarangan, peringkat ke-2 atau tiga besarlah minimal di pemerintahan," kata Hendri.
Akan tetapi, dia menilai tantangan Prabowo ke depan lebih kepada bagaimana cara yang bersangkutan mempertahankan elektabilitas dan menang di dalam Pilpres.
Sebab, di dua Pilpres sebelumnya Prabowo gagal mempertahankan keunggulan itu dan akhirnya kalah. Selain itu, peluang Prabowo belum bisa dikatakan besar jika nantinya menghadapi Anies dan Ganjar.
"Kalau ditanya peluang menghadapi Anies atau Ganjar, so far karena belum 50 persen (elektabilitasnya), maka kita belum bisa bilang peluangnya besar ya. Kita cuma bisa bilang lebih berpeluang saat ini, karena memang elektabilitasnya paling tinggi," tambah Hendri.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menyoroti bahwa tinggi rendahnya elektabilitas seseorang sangat bergantung pada lembaga survei tempat hasil survei dikeluarkan.
Baca juga: Survei SPIN, Prabowo Kembali Juara Kalahkan Anies dan Ganjar
Ujang tak menutup kemungkinan elektabilitas Prabowo kali ini semu dan bukannya nyata.
"Jika surveinya objektif, dilakukan dengan metodologi yang benar, dan tak berafiliasi, maka survei bisa diambil datanya. Namun juga ada lembaga survei yang terafiliasi dengan kandidat tertentu, ini yang subjektif dan hasilnya bisa semu. Saat ini kan bisa saja sedang perang lembaga survey, antara yang objektif dengan yang subjektif tadi," jelas Ujang.