Imlek 2023
Identik dengan Perayaan Cap Go Meh, Lampion Ternyata Punya Makna Dalam, Tak Sekadar Hiasan
Terdapat ornamen yang identik dengan Perayaan Cap Go Meh, yaitu lampion. Bukan hanya digunakan sebagai hiasan saja, lampion ini juga memiliki makna.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM – Salah satu ornamen yang menjadi ciri khas dalam perayaan Cap Go Meh yaitu lampion.
Ornamen lampion ini biasanya dapat ditemukan dengan mudah di klenteng, pertokoan, serta rumah-rumah masyarakat Tionghoa pada saat merayakan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh.
Di klenteng-klenteng, lampion biasanya menyala hingga 15 hari setelah Tahun Baru Imlek atau hingga saat perayaan Cap Go Meh.
Lampion yang digantungkan terdapat harapan dan doa di dalamnya. Sebelum digantung, lampion akan didoakan terlebih dahulu di klenteng.
Keberadaan lampion ini tidak dapat dipisahkan dari tradisi masyarakat Tionghoa. Lampion menjadi semacam atribut budaya yang menandai peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa.
Sejarah Lampion
Lampion memiliki sejarah yang panjang. DIperkirakan tradisi memasang lampion sudah ada di daratan Cina sejak era Dinasti Xi Han, sekitar abad ke-3 Masehi.
Lampion ini pada awalnya dibuat dengan tujuan sederhana, yaitu sebagai sumber cahaya.
Orang-orang dari Dinasti Han Timur (25-220 M) membuat rangka lampion dari bambu, kayu, atau jerami gandum, lalu meletakkan lilin ditegahnya dan merentangkan sutra atau kertas diatasnya sehingga api yang nyala tidak akan tertiup angin.
Kemudian, lampion diadopsi oleh para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual mereka pada hari ke-15 bulan pertama kalender lunar atau penanggalan Tionghoa.
Atas perintah kaisar, orang-orang bergabung dalam ritual itu lalu menyalakan lampion untuk menghormati Buddha dan membawanya ke istana di Luoyang.
Di era Dinasti Tang (618-907), praktik itu kemudian berubah menjadi sebuah festival yaitu Cap Go Meh, yang hingga saat ini selalu dirayakan dalam setiap tahunnya.
Baca juga: Cap Go Meh 2023, Ini Sederet Aktivitas yang Biasa Dilakukan: Arak-arakan hingga Festival Lampion
Makna Lampion
Terdapat legenda klasik yang berkaitan dengan makna lampion, yakni lampion sebagai pengusir kekuatan jahat angkara murka yang disimbolkan dengan raksasa bernama Nian.
Nian memiliki wujud seperti seekor banteng jantan dengan kepala singa. Nian dikisahkan sebagai pemangsa hewan ternak, tanaman, hingga anak-anak. Kehadiran Nian disebut sebagai ancaman bagi para warga.
Meski menyeramkan, Nian memiliki ketakutan dengan tiga hal, yaitu api, suara bising, dan warna merah.
Karena itu, warga menggunakan berbagai benda yang dapat mengeluarkan api, suara bising, serta warna merah. Salah satu benda yang digunakan warga untuk menangkal kedatangan Nian yaitu lampion.
Hal inilah yang membuat perayaan Imlek identik dengan warna merah dan petasan.
Selain sebagai simbol keberuntungan, memasang lampion dan juga petasan dipercaya dapat menghalau penghuni rumah dari berbagai hal jahat.
Memasang lampion disetiap tiap rumah dipercaya oleh masyarakat Tionghoa dapat menghindarkan ancaman kejahatan bagi penghuninya.
Baca juga: Mengenal Sejarah Cap Go Meh, Perayaan Akhir dalam Rangkaian Tahun Baru Imlek
Jenis Lampion
Umumnya lampion berbentuk bulat dengan rangka bambu. Seiring perkembangan zaman, bentuk lampion ini lebih bervariasi.
Lampion tradisional Tiongkok dibagi menjadi tiga jenis, yaitu palace lantern (lampion kerajaan), gauze lantern (lampion kertas), dan shadow-picture lantern (lampion gambar bayangan).
Dari ketiga jenisnya, lampion yang kurang dikenal yaitu lampion gambar-bayangan, hal tersebut disebabkan karena lampion ini lebih sering digunakan sebagai mainan anak-anak daripada sebagai alat penerangan atau hiasan saat Festival Lampion di Tiongkok.
Jenis lampion tidak memiliki batasan bentuk dan berkembang pada setiap tahunnya.
Ada lampion yang dibuat dengan rangka logam dan difungsikan sebagai lampu meja, ada lampion yang berbentuk bunga teratai yang kuncup, dan masih banyak lagi kreasi baru dari lampion yang meramaikan perayaan Tahun Baru Imlek.
Selain perubahan pada bentuk, fungsi lampion juga mengalami perubahan.
Lampion tidak hanya digunakan sebagai alat ritual keagamaan saja, melainkan sebagai hiasan pelengkap di berbagai tempat seluruh dunia saat perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh.
(Tribunners/Devira Shifawati Suherman)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.