Ribuan Imigran Timur Tengah Serbu Puncak Bogor, WNA Afghanistan Sampai Bikin Sekolah di Cisarua

Peace Educational Shelter merupakan lembaga pendidikan non-profit yang didirikan oleh seorang Imigran asal Afghanistan.

|
Penulis: Wahyu Topami | Editor: Yudistira Wanne
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Ruang Kelas Peace Educational Shelter yang didirikan oleh Taher Asad, Pengungsi Asal Afganistan. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Wahyu Topami

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Peace Educational Shelter merupakan lembaga pendidikan non-profit yang didirikan oleh seorang Imigran asal Afghanistan.

Pendiri asal Afghanistan tersebut bernama Taher Asad (37).

Dia berinisiatif mendirikan sekolah tersebut agar para Imigran dapat mudah berbahasa Indonesia.

5 tahun yang lalu ia mendirikan sekolah tersebut guna belajar Bahasa Indonesia agar para imigran dari berbagai negara dapat mudah berkomunikasi dengan warga lokal.

"Dulunya ini kelas Bahasa Indonesia ya, buat saudara-saudara pengungsi biar bisa berkomunikasi dengan warga setempat," ujar Taher pada TribunnewsBogor.com, Kamis (11/5/2023).

Seiring berjalannya waktu sekolah tersebut berkembang hingga pelajaran di Peace Educational Shelter pun ikut bertambah.

"Setelah kelas bahasa, ada juga kelas komputer, menjahit tapi itu udah lama sekarang mesin jahitnya rusak," ungkapnya.

Dirinya juga mengatakan kalau sekolah yang sudah dibangunnya tersebut dapat diikuti oleh warga lokal juga, bukan hanya khusus untuk para imigran atau pengungsi.

"Ada juga kelas bahasa Inggris buat anak-anak sekitar yang mau belajar bahasa, atau menjahit sama komputer juga bisa, kita terbuka," terangnya.

Dalam kurun waktu 5 tahun itu sudah ratusan pengungsi yang datang belajar bahasa di Peace Educational Shelter itu.

"Ya kalau dihitung-hitung dari awal sudah 500an lebih, tapi sekarang kondisinya begini," tandasnya.

Saat ini kondisi sekolah di Peace Educational Shelter memang cukup memprihatinkan, selain mulai sepinya WNA yang mau belajar dan alat-alat yang tersedia pun sudah mulai rusak.

Sepinya WNA yang mau belajar disinyalir akibat lokasi Peace Educational Shelter yang jauh dari Jalan Utama atau Jalan Raya Puncak.

"Ini karena lokasinya jauh dari Jalan Raya, orang-orang pengungsi seperti kita tidak mungkin bisa bayar ojek, kalau jalan kaki juga bisa 15 sampai 25 menit," terangnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved