Sisi Lain Bogor

Menilik Cara Warga Sukamulya Bogor Kurangi Sampah, Dari Buat Bank Sampah Hingga Budidaya Maggot

Untuk terus mewujudkan itu, warga mengubah halaman sekira seluas 200 meter persegi menjadi bank sampah serta budidaya Maggot.

Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat
Dadang, Ketua RW di Sukamulya, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor atasi sampah, Senin (28/8/2023). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TIMUR - Warga Kampung Sukamulya RT 007 RW 003, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, bertekad terus untuk mengurangi volume sampah lingkungan baik organik dan anorganik.

Untuk terus mewujudkan itu, warga mengubah halaman sekira seluas 200 meter persegi menjadi bank sampah serta budidaya maggot.

Halaman yang luasnya tak seberapa ini kerap menjadi akhir dari sampah-sampah milik warga sebelum nantinya diangkut ke TPA oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor.

Dari bank sampah, warga yang mengumpulkan sampah dan dipilah bisa mendapat penghasilan 300-400 ribu seminggu.

Sedangkan untuk maggotnya bisa menghasilkan ratusan kilogram pupuk serta pelet ikan yang penjualannya kini mulai masif.

Ketua RW setempat, Dadang mengatakan, bahwa bank sampah serta budi daya magot ini mulai berdiri sejak empat tahun yang lalu.

"Berawal dari inisiatif. Karena awalnya disini banyak sampah. Terutama sampah organik dan anorganik.Sampah paling banyak itu an organik. Nah, kami kelola saja dengan biokonversi maggot sampah. Untuk an organiknya itu ditabung oleh masyarakat setelah dipilah," kata Dadang kepada TribunnewsBogor.com, Senin (28/8/2023).

Program itu pun awalnya menemukan hambatan.

Masyarakat di lingkungan masih belum peduli akan manfaat sampah jika dikelola dengan benar.

Namun, sosialisasi terus diberikan kepada masyarakat sehingga sampai saat ini masyarakat sudah paham.

"Kita punya tim jumlahnya 12. Di RW saya ada 7 RT. Nah, tiap RT itu ada jam pengambilannya. Setiap jam 6-7 pagi. Sampah diambil dan dipilah. Khusus organik, langsung diberikan kepada maggot," ujarnya.

Khusus maggot, di lingkungan ini, ternyata efektif.

Budidaya maggot yang memanfaatkan sampah organik sebagai bahan makan maggot, ini ternyata mampu mengurai sampah organik sampai 5 Kg.

Sampah organik disini kebanyakan sampah yang berasal dari rumah tangga. Mulai dari bekas makanan, serta daun-daunan.

"Dari satu gram telur maggot itu bisa mengurai sampai organik mencapai 5 kg tiap harinya. Jadi, sampah organik gakebuang begitu saja. Dimanfaatkan lah kalau disini istilahnya," tambahnya.

Sampah organik, sambung Dadang, menjadi sumber bau yang sangat dibenci warga jika tidak dibereskan.

Lewat maggot ini, sampah yang konon katanya dibenci orang bisa terselasaikan dilingkungan.

Namun, dalam pengelolaan maggot hingga menghasilkan uang ini prosesnya tak sebentar.

Perlu waktu 18 hari, agar telur maggot yang berasal dari magot tua ini benar-benar menjadi magot.

Setiap hari, telur maggot itu memakan sampah organik yang berasal dari warga sekitar.

"Metode pembuatan magotnya ini berasal dari Lalat BSF atau lalat hitam. Nah, itu jadi telor BSF. Lalu kami teteskan," ujarnya.

Per kilonya, magot yang sudah jadi, dijual seharga 5 ribu.

"Sekarang alhamdulillah permintaannya meningkat. Kami pun kerepotan. Bisa ada yang pesan sampai 100 kilogram maggot," tambahnya.

Warga yang dipimpin Dadang di wilayah ini pun tak puas dengan hasil itu.

Dari maggot, Dadang bereksperimen membuat terobosan baru.

Maggot yang sudah jadi ada yang diubah menjadi pakan ikan, pelet ikan, serta pupuk.

Khusus untuk pupuk, ternyata tidak berasal dari maggotnya melainkan berasal dari bekas maggot.

Dari 100 kilogram maggot, bisa menghasilkan 300-400 kilogram pelet serta pakan ikan.

Untuk pupuk sendiri biasanya dihasilkan 8 kilogram.  Semuanya dihasillan dalam hitungan perminggu saja.

"Untuk kegunaanya magot bisa jadi pakan alternatif karena ini memiliki protein tuinggi 56-59 persen. Itu sudah diuji lab. Pakan magotnya bisa nanti kasih ke makan lele dan unggas," tambahnya.

Kedepannya, Bank Sampah dan budidaya maggot ini diharapkan bisa terus berkembang.

Saat ini, maggot di Kampung Mulya terus didatangi oleh para petani.

Serta untuk bank sampahnya sendiri, saat ini seluruh masyarakat sudah mulai sadar bahwa sampah bisa menghasilkan uang.

"Kita kan harus terus peduli terhadap lingkungan. Karena manusia itu kan sejatinya adalah makhluk sosial. Tidak hanya peduli terhadap sesama, terhadap lingkungan pun harus peduli," tandasnya.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved