Sisi Lain Bogor

Sepenggal Sisa Kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Bogor, Ada Bangunan Bernama Shwarna Bhumi

Sisa jejak kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersama istrinya Norma Nindyokirono ternyata berlokasi di Kantor Imigrasi, Jalan Ahmad Yani

|
Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Yudistira Wanne
TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat
Kondisi terkini sisa pendopo Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang masih ada di Kantor Imigrasi Bogor. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, TANAH SAREAL - Sisa jejak kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersama istrinya Norma Nindyokirono ternyata berlokasi di Kantor Imigrasi, Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Jejak kehidupan itu bisa terlihat dari pendopo serta beberapa bangunan khas Yogyakarta yang letaknya berada di belakang Kantor Imigrasi ini.

Pendopo dan bangunan itu ternyata tempat tinggal Sang Wakil Presiden Kedua era Soeharto bersama Norma. Tempat tinggal itu diberi nama, Kedhaton Shwarna Bhumi.

“Ibu lahir disini tahun 1956. Nah, ibu tau bikinnya Kedhaton itu dulu. Disebutnya kalau disini lagi ngebangun pendopo. Itu sisanya yang ada dibelakang Imigrasi, ” kata Nenek Marsiah (68) salah seorang warga yang tinggal di pinggir Kantor Imigrasi kepada TribunnewsBogor.com.

Awalnya, lahan Kedhaton Shwarna Bhumi ini kepunyaan orang China. Orang China saat itu mempunyai pabrik sendok di lahan tersebut.

“Awalanya punya orang China. Nah dibeli lah sama bapak lahannya itu. Langsung dibangun oleh beliau (Sri Sultan),” tambah Marsiah.

Diingatannya dulu, bangunan depan Kantor Imigrasi berdiri saat ini ialah taman yang asri.

Sang Wapres banyak sekali menanam buah serta koleksi bunga-bunga.

“Nah gerbang nya atau jalan masuknya itu sekarang gerbang keluar motor. Pas masuk itu taman semua. Megah pokoknya sama asri juga,” ujarnya.

Mereka tinggal ditempat yang kerap disebut warga sebagai pendopo.

“Nah pendoponya itu sekarang masih dipelihara bentuk aslinya. Sekarang itu jadi Mesjid Imigrasi. Tapi bentuknya itu masih asli kaya yang dulu,” ungkapnya.

Disekitaran pendopo milik Sri Sultan ini, terdapat kolam yang kerap dijadikan tempat bermain Sri Sultan.

“Itu ada kolamnya juga disitu. Pokoknya megah deh waktu itu tempatnya bapak (Sri Sultan),” ujarnya.

“Kalau kata cerita waktu itu, koleksinya juga bagus-bagus. Tapi saya gatau persisnya karena gaboleh masuk terlalu jauh. Katanya sih banyak lukisannya,” sambung Marsiah.

Saat itu, yang boleh masuk ke areal dalam kawasan ini hanya orang tertentu saja.

Diingatanya, selama bertetangga, tidak ada keramaian yang terjadi di tempat tersebut.

“Dulu ada beberapa kali kunjungan aja. Itu pun orang Yogyakarta. Ya rombongan saat itu,” ujarnya.

Berhubung Sri Sultan hanya pulang ke Shwarna Bhumi ini setiap Jumat sore, Norma pun meminta adiknya untuk tinggal bersamanya.

Barulah, saat itu, tambah Marsiah, keramaian kerap terjadi sebab adiknya Norma ini merupakan produser film.

Ia mengajak karyawannya untuk berkumpul di Shwarna Bhumi ini.

“Nah adiknya Bu Norma ini kan namanya Imron Musa. Dia produser film. Bikin film kan, basecampnya disini. Karena kan kalau bapak jarang ada disini kan, jadinya adiknya Norma. Nah dari situ banyak karyawannya,” ungkapnya.

TribunnewBogor.com pun berkesempatan untuk menilik langsung sisa jejak kehidupan Sri Sultan ini.

Dibagian depan yang disebut Nenek Marsiah sebagai taman yang indah, kini sudah berubah menjadi gedung megah Kantor Imigrasi.

Benar saja, ketika masuk dibagian belakang, jejak kehidupan itu masih terlihat jelas. Pendopo dengan bangunan ciri khas Yogyakarta masih terawat. Kini, pendopo itu menjadi masjid Imigrasi.

Bagian dalam pendopo pun sangat megah. Terlihat kayu besar khas keraton masih ada. Bagian atas pun cukup megah.

Kolam tempat bermain Sri Sultan pun masih dipertahankan hingga saat ini.

Tidak hanya itu, dibagian samping pendopo, terdapat bangunan yang memanjang membentuk Letter L.

Di bangunan Letter L ini terdapat lorong yang menyambung langsung ke Pendopo.

Kondisi terkini sisa pendopo Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang masih ada di Kantor Imigrasi Bogor.
Kondisi terkini sisa pendopo Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang masih ada di Kantor Imigrasi Bogor. (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

Namun sayang, bagian dalam areal tersebut kini dihalangi penutup oleh Kantor Imigrasi.

“Betul itu Shwarna Bhumi. Kita tetap ingin melestarikannya sebagai bagian dari sejarah,” kata Kepala Kantor Imigrasi (Kanim) Kota Bogor Ruhiyat M Tolib kepada TribunnewsBogor.com.

Rencananya, ia akan meminta arsip-arsip asli Shwarna Bhumi ini kepada keluarga Norma yang masih ada saat ini.

“Kita sudah menjalin komunikasi dengan cucunya Ibu Norma. Kita bakal belikan tiket dan undang ke Kantor Imigrasi Kota Bogor,” ujarnya.

Jika sudah memiliki arsip aslinya, ia menegaskan, akan terus melestarikan Shwarna Bhumi ini.

“Keren kalau kita punya arsip aslinya. Itu tetap akan kita lestarikan pokoknya,” ungkapnya.

Sementara itu, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Bogor, Taufik Hasunna menambahkan, bahwa Shwarna Bhumi saat itu kondisinya merupakan tempat yang sangat ekslusif.

Tidak sembarangan orang bisa masuk ke kawasan itu. Sehingga, memori mengenai tempat sang wapres pun tak banyak orang tahu.

“Memang rata-rata rumah khas Yogya saat itu memang ukurannya besarnya seperti itu. Kita orang Bogor tidak punya memori mendalam terkait hal itu karena memang tertutup untuk warga banyak. Berhubung dia juga raja, sultan serta wapres,” kata Taufik Hasunna kepada TribunnewsBogor.com.

Meski begitu, dengan hadirnya Shwarna Bhumi di Kota Bogor mendakan bahwa Kota Bogor memang menjadi tempat yang pas untuk tempat tinggal para tokoh besar saat itu.

“Seperti kisahnya Buitenzorg memang menjadi tempat yang pas untuk ditinggali tokoh-tokoh besar,” tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved