Polisi Aniaya Ibu Kandung

3 Fakta Kasus Polisi Aniaya Ibu Kandung di Bogor, Nomor 2 Bikin Tetangga Panik dan Dilematis

Tiga fakta soal polisi aniaya ibu kandung di Bogor. Aipda Nikson Pangaribuan tega menghabisi ibu kandungnya di warung kelontong, Minggu (1/12/2024).

Penulis: yudistirawanne | Editor: Yudistira Wanne
Kolase Tribun Bogor
Kolase - kasus polisi aniaya ibu kandung di Bogor menyeret nama Aipda Nikson Pangaribuan sebagai tersangkanya 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kasus polisi aniaya ibu kandung di Bogor menyeret nama Aipda Nikson Pangaribuan sebagai tersangkanya.

Aipda Nikson Pangaribuan itu viral usai membunuh ibu kandungnya yang bernama Herlina Sianipar (61) di Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Minggu (1/12/2024).

TribunnewsBogor.com merangkum sejumlah fakta mengenai kasus polisi aniaya ibu kandung di Bogor.

1. Dilihat pembeli

Aksi sadis Aipda Nikson Pangaribuan sebenarnya diketahui sejumlah warga.

Pertama, aksi biadab Aipda Nikson Pangaribuan dipergoki tetangganya yang pada saat hari kejadian hendak berbelanja di warung kelontong milik Herlina Sianipar.

Pada saat itu, warga sekitar yang belanja di warung melihat anak pemilik warung mendorong ibunya hingga terjatuh ke lantai.

Setelah itu, sang anak mengambil tabung gas elpiji 3 kilogram yang ada di warung dan memukulkannya ke arah kepala sang ini sebanyak tiga kali.

"Mengetahui hal tersebut kemudian saksi langsung melarikan diri karena takut, kemudian saksi memberitahukan kepada temannya dan menelpon temannya lagi," ucap Kapolsek Cileungsi Kompol Wahyu Maduransyah Putra, Senin (2/12/2024).

"Setelah itu ambulans dari kirab meluncur ke tempat kejadian dan membawa korban ke RS Kenari," sambungnya.

Setelah sampai di RS Kenari, korban dinyatakan telah meninggal dunia dan untuk pelaku melarikan diri menggunakan kendaraan Suzuki Pikap.

Mantan istri Aipda Nikson Pangaribuan, polisi bunuh ibu kandung di Bogor memposting curhatan di media sosial.
Mantan istri Aipda Nikson Pangaribuan, polisi bunuh ibu kandung di Bogor memposting curhatan di media sosial. (Kolase TribunBogor)

2. Mendengar teriakan

Selain pembeli, warga lainnya sempat mendengar teriakan minta tolong yang bersumber dari warung kelontong Herlina Sianipar.

Salah satu warga sekitar, Junaedi mengaku sempat mendengar adanya teriakan minta tolong dari seberang jalan.

"Saya ngedengernya pas tolong, tolong, tolong, terus saya lari keluar, sopirnya (kendaraan pengangkut gas) lari ke sana satu, ke sana satu," ujarnya kepada wartawan.

Ketika melihat ada yang tidak beres, Junaedi pun memberanikan diri untuk mendekat ke sumber suara di seberang jalan.

Namun ia sangat terkejut ketika melihat korban sudah tergeletak di lantai dan tak berani untuk lebih dekat lagi.

"Pas saya liat udah ada ibu itu (berdarah), saya engga masuk, kejadian pasti saya engga tau. Pas anaknya pergi, saya liat (korban) di dalem warung," ungkapnya.

3. Pengakuan ketua RT

Di sisi lain, ketua RT setempat membeberkan soal barang yang dijual di warung kelontong milik ibu Aipda Nikson Pangaribuan.

Hamid, ketua RT di lingkungan setempat mengungkap terkait warung kelontong yang dimiliki keluarga Aipda Nikson Pangaribuan.

Hamid secara gamblang menjelaskan, jika Herlina berjualan sembako.

Hanya saja, kata Hamid, di warung tersebut juga menjual minuman beralkohol ataupun miras.

"Saya sih engga ditutup-tutupin emang jualan, kadang-kadang bir gitu, rokok, minuman anggur," ujarnya saat ditemui TribunnewsBogor.com, Senin (2/12/2024).

Warung yang menjadi lokasi penganiayaan oleh oknun polisi terhadap ibunya di wilayah Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Senin (2/12/2024).
Warung yang menjadi lokasi penganiayaan oleh oknun polisi terhadap ibunya di wilayah Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Senin (2/12/2024). (TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani)

Sementara itu, pantauan TribunnewsBogor.com di lokasi kejadian yang merupakan tempat tinggalnya bersama orang tuanya nampak sepi.

Lokasinya berada tepat di pinggim Jalan Raya Narogong, Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Tampak depan dari bangunan tersebut merupakan sebuah toko atau warung berwarna kuning dengan rolling door warna hijau.

Terlihat tak ada aktivitas apapun di lokasi tersebut namun lampu depan dari tempat tersebut menyala cukup terang.

Selain tak ada aktivitas, di sekitar area luar bangunan tersebut pun tak terlihat adanya police line atau garis polisi.

Ditemui terpisah, Hamid selaku ketua RT di wilayah tersebut mengaku tidak mengetahui secara pasti peristiwa yang terjadi pada Minggu (1/12/2024) tersebut.

Bahkan, ia mengaku baru mengetahui adanya aksi penganiayaan hingga menewaskan pemilik rumah oleh anaknya sendiri dari salah satu warga pada pagi hari tadi.

"Saya mah engga tau, dikasih tau sama warga katanya pak RT tau ga itu si tante meninggal? Kenapa meninggalnya? Dipukul sama anaknya pake gas 3 kilo, saya mah gatau sama sekali, saya engga kesana, kejadiannya malem," ujarnya saat dijumpai TribunnewsBogor.com, Senin (2/12/2024).

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved