Polemik Gas 3 Kg
Jeritan Emak-emak Bogor Susah Cari LPG 3 Kg, Titip Pesan Menohok ke Pemerintah: Jangan Mempersulit
Kebijakan pemerintah melarang pengecer menjual gas 3 kilogram untuk menstabilkan harga nampaknya membuat masyarakat terutama emak-emak kelimpungan.
Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: khairunnisa
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Jeritan emak-emak di Bogor atas kebijakan pemerintah melarang pengecer menjual LPG 3 Kg untuk menstabilkan harga belakangan viral.
Pasalnya pembelian gas kini dilakukan secara langsung ke pangkalan dan harus mengantre karena berebut dengan warga lain yang juga membutuhkan.
Terkait hal tersebut, Rika yang merupakan seorang ibu rumah tangga di Cibinong, Kabupaten Bogor mengungkapkan kekecewaanya.
Wanita berusia 37 tahun itu menilai kebijakan ini merepotkan masyarakat karena harus mengorbankan waktu untuk mencari gas 3 kilogram.
Ia pun merasakan sendiri betapa repotnya mencari gas eliji ukuran 3 kilogram hingga harus mendatangi lebih dari lima tempat penjualan.
"Jelas mempersulit ya kalau sebenernya sih, kalau masyarakat gini, harga mahal boleh tapi gas jangan langka gitu lho, ada. Itu pasti masyarakat walaupun mahal pun pasti dibeli karena kita butuh," ujarnya saat dijumpai TribunnewsBogor.com, Senin (3/2/2025).
Ia pun menggambarkan warga yang tidak memiliki kendaraan dan harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk membeli satu tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram.
Di sisi lain, kata dia, tidak ada jaminan bahwa tempat yang didatangi sedang memiliki stok karena tingginya permintaan dari masyarakat.
"Kalau kayak kita nih yang punya kendaraan atau bagaimana, kita bisa nyari keluar. Kalau yang engga Itu dia, susah, bukannya mempermudah, malah bener-bener mempersulit," katanya.
Baca juga: Serba-serbi Regulasi Baru Gas Elpiji 3 Kg, Koboi di Bogor Berpose di Tabung Hingga Keliling Kampung
Baginya, lebih baik membeli gas di pengecer dengan harga selisih lebih tinggi seribu hingga dua ribu rupiah dibandingkan harus membeli di pangkalan senilai Rp19 ribu.
Sebab jika membeli di pangkalan, sambungnya, banyak yang harus dikorbankan oleh masyarakat.
"Mendingan Rp21 ribu gampang daripada harga misalnya nih Rp15 ribu kita harus muter kemana-mana, engga efisien, ngabisin waktu, ngabisin tenaga. Kan istilahnya gini kata orang 'engga apa-apa harga mahal, yang penting ada barang'," ucapnya.
Lebih lanjut, ia pun berharap pemerintah meninjau kembali kebijakan tersebut agar masyarakat tidak merasa dirugikan.
"Pokoknya ke depannya lebih baik, mempermudah masyarakat, jangan mempersulit, apapun yang masyarakat butuhkan, tolonglah dipermudah," pungkasnya.
Emak-emak di Citeureup
Tak cuma di Cibinong, emak-emak di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor juga mengeluhkan hal serupa.
Yaya, seorang penjual nasi uduk mengaku sejak pukul 11.00 WIB mencari gas Elpiji untuk berjualan.
Wanita berusia 50 tahun itu mengaku sudah mencari ke sana-ke sini namun hasilnya nihil, hingga akhirnya terpaksa mengantre di pangkalan.
Setelah mencari kurang lebih dua jam, ia pun mendapatkan apa yang dicarinya di pangkalan tersebut.
Jika tidak seperti itu, kata dia, maka dia terancam tidak bisa berjualan lantaran tidak bisa menyajikan uduk dan gorengan.
"Kalau enggak nyari gas, enggak jualan," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Senin (3/2/2025).
Baca juga: Cara Cek Lokasi Pangkalan Gas Terdekat di Bogor, Menteri ESDM Bahlil Jamin LPG 3 Kg Tak Bakal Langka
Wanita paruh baya itu mengaku tidak setuju dan mengeluhkan kebijakan yang berlaku mulai 1 Februari 2025 ini.
Pasalnya, ia merasa dipersulit hanya untuk mendapatkan satu tabung gas ukuran tiga kilogram.
"Meresahkan malahan, kalau saya kan mau jualan, kalau susah begini kan riweh harus nyari-nyari," katanya.
Menurutnya, jika pengecer kembali diberikan kewenangan untuk menjual gas bersubsidi tersebut, maka masyarakat tidak akan merasa kesusahan.
"Harapannya biar lebih gampang jangan sampa kayak gini, cukup hari ini aja. Kalau bisa di agen murah cuma beda dua ribu, mending di warung ada, mau jam 3, jam 4 ada gampang," pungkasnya.
Sementara itu, kebijakan baru terkait pengecer tidak boleh lagi menjual LPG 3 Kg baru-baru ini dijelaskan kembali oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia.
Kata Bahlil, tujuan utama kebijakan soal penjualan LPG 3 Kg hanya bisa melalui agen resmi adalah agar harga LPG tidak bisa dimainkan lagi oleh pengecer.
"LPG tidak ada kuota yang dibatasi. Impor kita sama, bulan lalu dan bulan sekarang atau 3-4 bulan lalu sama aja. Subsidinya pun tidak ada yang dipangkas, tetap sama. Hal baru itu, selama ini kan Pertamina menyuplai ke agen, agen menyuplai ke pangkalan, pangkalan menyuplai ke pengecer. Laporan yang masuk ke kami itu ada yang memainkan harga," ujar Bahlil dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas TV, Senin (3/2/2025).
Bahlil pun menjamin LPG 3 Kg tidak akan langka meskipun cuma bisa didapatkan di agen resmi.
"Mohon kasih kami waktu sedikit saja. Kami selesaikan ini. Barang enggak ada langka, saya jamin, enggak ada langka. Cuma persoalannya dari 100 meter, sekarang mungkin jauh lebih dari itu ngambilnya, mungkin biaya transportasinya sedikit yang harus ditambah. Kita cari formulasi, tujuannya ini diberikan ke saudara kita yang berhak," pinta Bahlil.
Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t
Istrinya Tewas Saat Berburu Gas 3 Kg, Suami Ketiban Apes Santunan Rp50 Juta Raib, Penyebabnya Miris |
![]() |
---|
Protes Kebijakan, Muncul Spanduk Kekecewaan di Kota Bogor : Bahlil No, Gas 3 Kg Yes |
![]() |
---|
Ada 7 Ribu Pengecer LPG 3 Kg di Kota Bogor, Pj Wali Kota Akan Percepat Pengurusan Jadi Sub Pangkalan |
![]() |
---|
Ekspresi Bahlil 'Digas' Warga Soal Regulasi Lpg 3 Kg, Tersenyum Tipis Saat Disinggung KTP Privasi |
![]() |
---|
Blunder Menteri ESDM Soal Kebijakan Elpiji 3 Kg, Bikin Rakyat Menjerit, Prabowo Sampai Turun Tangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.