Pembelaan Guru BK Soal Siswa SMA Garut yang Akhiri Hidup Usai Dibully, Kepseknya Kini Dicopot

Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 6 Garut memberikan pengakuan soal siswa berinisial P yang viral akhiri hidup usai dibully di sekolah

Editor: Naufal Fauzy
Kolase ist, Tribun Jabar
SISWA GARUT DIBULLY - Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 6 Garut memberikan pengakuan soal siswa berinisial P yang viral akhiri hidup usai dibully di sekolah. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 6 Garut memberikan pengakuan soal siswa berinisial P yang viral akhiri hidup usai dibully di sekolah.

Dalam narasi yang beredar, tidak hanya siswa lain yang ikut membully, gurunya pun disebut-sebut ikut membully korban.

Koordinator Guru BK SMAN 6 Garut, Ranggi Puji Widiarestadi menjelaskan kondisi siswa P saat masih sekolah.

Dari hasil pemeriksaan, guru BK menemukan memang menemukan beberapa hal terkait Siswa P selama setahun terakhir.

Ranggi menyebut bahwa Siswa P ini sebenarnya termasuk siswa yang rajin dan jarang bolos sekolah.

Namun ada masalah soal pengerjaan tugas di kelas.

'Dari segi kehadiran, tidak ada masalah. Dia tergolong rajin masuk sekolah. Namun gejala kerentanannya muncul dari respons terhadap tugas-tugas sekolah," ujar Ranggi dikutip dari Tribun Jabar, Jumat (18/7/2025).

Ranggi menemukan bahwa Siswa P ini sering tidak mengerjakan tugas sekolah.

Ketika diajak berkomunikasi, Siswa terkadang mengaku menjawab tidak bisa atau jusru malah memilih diam tanpa merespons apapun.

Ranggi pun mengaku kesulitan menangani kerentanan yang dialami Siswa P ini.

Secara psikologis, komunikasi dengan P pun dinilai sulit. Ia dikenal sebagai anak yang sangat tertutup dan tidak mudah membuka diri.

Hasil Psikotes Siswa P

Namun, Ranggi menyebutkan dari hasil asesmen kebutuhan penjurusan yang dilakukan pada P, hasil psikotes tersebut menunjukkan adanya indikasi masalah dalam aspek kepribadian, salah satunya daya juang yang rendah.

"Ketika menghadapi tantangan, dia cenderung cepat menyerah. Misalnya, saat diberi tugas yang dianggap sulit, reaksinya seperti, ‘ah udah weh’, seolah langsung menyerah begitu saja. Tapi asesmen ini memang hanya untuk kebutuhan penjurusan, bukan diagnosis psikologis menyeluruh," jelas dia.

Ia menjelaskan kondisi tersebut berdampak pada motivasi belajar P yang disebut semakin menurun di semester dua. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved