Longsor di Megamendung Bogor

Kisah Pilu Korban Longsor Megamendung, Berasal Dari Keluarga Tak Mampu, Kini Tinggalkan Anak-anaknya

Penulis: Wahyu Topami
Editor: Reynaldi Andrian Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keluarga Korban di Rumah Duka, Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Selasa (21/3/2023).

Saat dirasa dengan pekerjaannya sebagai proyek kurang mencukupi almarhum Bustomi mencoba peruntungannya dengan berjualan bakso, hal itu terjadi saat dirinya sudah menikah.

"Setau saya tuh semenjak beliau nikah dari anak pertama pun udah melahirkan ya, beliau udah emang kesehariannya itu jualan. Pertama beliau jualan bakso, jadi dia ikut orang gitu kan setoran, jadi dia angkat bakso berapa biji ntar setornya berapa, jadi sesuai habisnya itu aja dagangan beliau, misalkan kejual 100 ribu beliau dapet 40 ribu perhari gitu ya kadang sama sekali ga laku kadang gitu," ujarnya

Namun dengan ketekunannya berjualan bakso satu persatu apa yang diinginkannya mulai tercapai, Heri Ujar menceritakannya lebih lanjut kalau Bustomi ini sampai membeli sepeda motor saat sudah berjualan bakso tersebut.

"Alhamdulillah semenjak sesudah jualan bakso beliau ada peningkatan jadi ya dikit dikit kan bertambah gitu. Pertama belum punya motor sekarang udah punya motor walaupun seadanya. Itu diperkiraan saya itu dari 2018 kebawah lah mundur lebih sekitar akhir 2017," ungkapnya.

Namun kalau secara presentase penghasilan, penghasilannya tergolong kecil. Setau Heri, penghasilan Bustomi tidak mencapai Rp 100.000 dalam seharinya.

Baca juga: Pemkab Bogor Salurkan Bantuan Kepada Korban Longsor di Megamendung Melalui Dinas Sosial

"Penghasilan kalau lagi rame paling 50, cuma ya tadi dia gigih orangnya disela-sela jualan bakso juga kalau lagi sepi dia ga jualan kerja bangunan gitu," ujarnya.

Tidak hanya itu Heri Ujar juga menceritakan tentang keduanya yang sering kali berjualan secara berbarengan.

"Kalau dari jualan si kebetulan kan beliau almarhum dan almarhumah itu kan statusnya adik kakak ya kalau masing-masing jualan punya rutenya masing-masing gitu kadang si adiknya (Pipih) di Curug Cilember si kakaknya (Bustomi) ini keliling kadang ke sekolahan kan kalau jualan mah dimana aja yang penting laku gitu," pungkasnya

Namun bedanya almarhumah Pipih sudah mempunyai lapak kecil yakni di depan pintu masuk Curug Cilember, jadi tak jarang almarhum Bustomi yang merupakan kakak dari almarhumah Pipih kerap kali ikut menumpang berjualan di situ.

"Si adeknya sendirian sudah punya lapak ya di Curug Cilember walaupun kecil, jadi kakaknya kesitu numpang jualan. Jadi karena hujan jadi jualan sekalian numpang neduh gitu," imbuhnya.

Namun naasnya pada saat berteduh itu keduanya tertimbun longsor saat hujan sedang turun dengan intensitas yang tinggi.

Baca juga: Tetangga Pilu Mengenang Sosok Kakak Beradik Korban Longsor di Megamendung, Almarhum Pekerja Keras

Berita Terkini