Sementara itu, Dosen FISIP Universitas Djuanda Gotfridus Goris Seran mengatakan, akan terjadi pertarungan 'atas' dan 'bawah' jika Gerindra memberikan tiket bukan pada Jenal Mutaqin.
Ia menjelaskan, Sendi Fardiansyah (dari dalam istana dan dekat pada Prabowo Subianto) dan Aji Jaya Bintara (dekat dengan Prabowo Subianto) mengisyaratkan “suara dari atas” (tone from the top) dan bisa dibaca merepresentasikan “kekuatan dari atas”.
Sedangkan Jenal Mutaqin murni orang dalam dan memimpin partai politik di tingkat bawah Ketua DCP Partai Gerindra Kota Bogor.
"Lazimnya dalam budaya politik universal, ketua partai di daerah merupakan pemimpin bayangan (shadow leader) di daerah. Melalui proses rekrutmen politik, kader partai biasanya disiapkan untuk menjadi pemimpin," jelas dia.
DPC Partai Gerindra Kota Bogor mengusung Jenal Mutaqin sebagai Cawalkot dalam Pilwalkot Bogor 2024.
Dalam hal ini, kata dia, Prabowo Subianto mesti menguatkan partai, memposisikan perjuangan melalui partai, dan membesarkan partai.
"Fenomena ini bisa mengkonstatasikan pertarungan 'atas' vs 'bawah'," kata dia.
"Dampak dari pertarungan ini bisa menimbulkan fragmentasi politik partai, juga melemahkan soliditas partai dan menurunkan citra politik partai dalam Pilwalkot Bogor 2024," tambahnya.