Sosok Dewi Kencana, Patungnya yang Dibangun di Puncak Bogor Tuai Polemik, Warga Minta Dibongkar

Penulis: Naufal Fauzy
Editor: Naufal Fauzy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kehadiran patung Ratu Kencana di kawasan Puncak Bogor menuai polemik. Warga Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor menuntu patung itu dibongkar, Jumat (19/4/2024)

Aji Ratnapangkaja adalah salah satu pimpinan militer yang turut berperan dalam Perang Paregreg (1404-1406) melawan Bhre Wirabhumi dari Blambangan.

Setelah Bhre Wirabhumi kalah dalam Perang Paregreg dan terbunuh pada 1406, Wikramawardhana memimpin Majapahit hingga 1429.

Sepeninggal Wikramawardhana, terjadi kebingungan siapa yang berhak memimpin Kerajaan Majapahit.

Dalam Kitab Pararaton, disebutkan bahwa Wikramawardhana sempat menunjuk anaknya dari Kusumawardhani, yakni Rajakusuma atau Hyang Wekasing Putra, sebagai penerusnya.

Namun, Hyang Wekasing Putra mati muda. Begitu pula dengan putra Wikramawardhana dari selirnya, Bhre Tumapel, yang juga meninggal.

Keturunan Wikramawardhana hanya tersisa Dyah Suhita dan Bhre Kertawijaya, yang sama-sama dari selir.

Akhirnya, Dyah Suhita ditunjuk sebagai pemimpin Majapahit karena lebih tua dari Bhre Kertawijaya.

Dyah Suhita dilantik menjadi Ratu Majapahit pada 1429. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan orang yang sama dengan Ratu Kencana Wungu.

Diberitakan sebelumnya, warga Puncak Bogor dihebohkan dengan berdirinya sebuah patung raksasa di objek wisata Pakis Hills, yang terletak di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Patung raksasa tersebut diduga sebagai Patung Dewi Kencana atau Ratu Kencono Wungu, yang merupakan seorang pemimpin perempuan Kerajaan Majapahit dengan nama asli Dyah Suhita.

Kehadiran patung raksasa ini mendapat protes dari sebagian warga Puncak Bogor, khususnya warga Desa Tugu Selatan.

"Kami, bersama ulama Puncak Bogor dan warga Tugu Selatan menolak patung ini. Kami sudah mengirim surat resmi kepada pemilik Pakis Hills untuk segera membongkar patung tersebut," kata Kepala Desa Tugu Selatan, Eko Windiana, pada TribunnewsBogor.com, Jumat (19/4/2024).

Eko menjelaskan bahwa keberadaan patung raksasa ini dapat berdampak negatif terhadap masyarakat, terutama di Desa Tugu Selatan.

Karena warga Puncak Bogor masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.

"Surat yang kami kirim merupakan upaya kami untuk mencegah konflik. Kami ingin memastikan bahwa tindakan tersebut tidak menimbulkan ketegangan di antara warga dan ulama," jelasnya.

Halaman
123

Berita Terkini