Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, LEUWISADENG - Suara bising terdengar dari sebuah gubuk kecil yang berada di tengah perkampungan di Kampung Pabuaran Tonggoh, Desa Kalong 1, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Mesin gurinda nyaring berbunyi disertai suara besi yang beradu begitu terdengar dari dalam gubuk tersebut.
Rupanya, gubuk itu merupakan tempat kerajinan pandai besi yang memproduksi senjata tradisional jenis golok.
Suara-suara yang terdengat merupakan bagian dari aktivitas pembuatan golok secara tradisional oleh sejumlah orang.
Pemilik dari tempat tersebut adalah Romli yang telah menekuni usaha pandai besi ini selama puluhan tahun.
Pria berusia 56 itu mengatakan, perjalanannya sebagai pengrajin pandai besi diwarisi oleh orang tuanya secara turun temurun.
"Saya udah 30 tahun, dari kakek ke babak terus ke saya," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (13/8/2024).
Di tempat tersebut, Romli dibantu oleh dua orang pekerja untuk membuat golok mulai dari bahan mentah hingga bisa digunakan.
Dengan keahlian yang telah dimilikinya, pria yang murah senyum itu menyulap per mobil berbahan baja menjadi senjata tajam yang disebut dengan Golok Panjaungan.
Ia mengatakan, satu bilah golok dapat diselesaikannya dalam waktu kurang lebih satu jam setengah atau 90 menit.
Proses pembuatannya pun cukup panjang dan menguras energi karena semua dikerjakan secara manual mulai dari proses pemotongan bahan, pembakaran, pemadatan, pembentukan, hingga penajaman.
"Per itu kan besar yah, dibelah dibikin tiga, terus dibakar sekitar satu jam, kemudian dipukul sepertiga jam, terus digurinda," jelasnya.
Meski memiliki nama paten dengan sebutan Golok Panjaungan, namun bentuk yang dibuat olehnya bisa disesuaikan tergantung pesanan pembeli.
Dalam sehari, Romli mengaku hanya mampu memproduksi sekitar 10 bilah golok dengan pertimbangan mengutamakan kualitas.