"Caranya harus bener, lembaga Islam harus halalan toyiban, harus memberikan contoh, saya gak mau nanti penerima hibah diperiksa, kyai pak diperiksa 2 jam, 4 jam, kata kyainya gak tahu saya," ucap KDM.
Bahkan, kata Dedi, ada yang sampai bikin yayasan palsu demi mendapat dana hibah dari Pemprov Jabar.
Itulah mengapa Pemprov Jabar menyetop penyaluran dana hibah ini untuk sementara.
Baca juga: Wajah Masam Dedi Mulyadi dengar Siswa SMK Bekasi Tetap Study Tour ke Bali: Kami Tak Akan Segan !
"Saking pusing karena yayasannya sering dapet, bikin yayasan baru, tidak terverifikasi, nampung Rp 2 Miliar, Rp 5 Miliar," katanya.
"Ada satu pesantren Rp 50 Miliar pak, mau saya sebutin ?. Ngomongnya atas nama Islam, atas nama agama, padahal kalau dia seorang tokoh, jangan dinikmati oleh yayasan dia dong, kasih tuh sebelah sana bangunkan madrasahnya Rp 500 juta, Rp 500 juta, pada seneng," katanya.
Maka dari itu, ke depan untuk bantuan hibah untuk madrasah dan sebagainya dia akan mengedepankan pendekatan pembangunan.
Mengandalkan data dari Kementrian Agama terkait madrasah-madrasah atau tsanawiah-tsanawiah yang perlu dibantu.
"Makanya saya hari ini close dulu, saya bilang nanti dulu, nanti gak mau lagi pakai pendekatan aspirasi, saya mau pakai pendekatan program pembangunan," ungkap Dedi Mulyadi.
Baca berita Tribunnews Bogor lainnya di Google News
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t