Kemerdekaan Itu Rangkul Perbedaan, Tolak Intoleransi, dan Lawan Radikalisme
Mantan Ketua Umum DPP PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), Dr KH Anwar Sanusi menyatakan bahwa kemerdekaan yang dirayakan bangsa Indonesia.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM – Mantan Ketua Umum DPP PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), Dr KH Anwar Sanusi menyatakan bahwa kemerdekaan yang dirayakan bangsa Indonesia adalah untuk mengingat lepasnya Indonesia dari penjajahan negara asing.
Jika mengacu kepada asal katanya, “merdeka” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “mahardhika.”
“Mahardhika itu artinya merdeka, telah bebas dari pengaruh dan intervensi pihak lain. Kalau bagi Indonesia, merdeka artinya sudah bebas dari pengaruh pihak asing yang pernah menjajah kita,” ujar Anwar Sanusi di Jakarta.
Ia menjelaskan, bahwa menghayati semangat kemerdekaan yang menjadi hak bagi seluruh manusia di muka bumi, tentunya tidak bisa lepas dari sifat keterbukaan yang dapat merangkul semua.
Hal ini sering juga disebut dengan toleransi, yang menjadi antitesis dari pemikiran radikal yang intoleran dan bisa merusak keragaman Indonesia yang kaya.
“Intoleransi itu lawan katanya toleransi. Arti toleransi itu kan banyak ya. Kalau kita kaitkan ke isu SARA misalnya, ada toleransi beragama, ras, suku, dan antar golongan. Hakikatnya, toleransi adalah sikap yang saling menghormati, menghargai, dan tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang punya pandangan berbeda,” imbuh Anwar Sanusi.
Dirinya menambahkan, jika bisa menerapkan kejujuran dan keadilan, baik dalam ucapan maupun tindakan, Indonesia akan berhasil menjadi bangsa yang besar.
Memaknai kemerdekaan dengan memperjuangkan kemajuan bangsa Indonesia adalah prinsip yang sangat mulia.
Selain itu, harus selalu diingatkan kepada seluruh anak bangsa agar mampu saling menghormati, mengakui, dan bisa objektif dalam melihat persoalan.
Dengan begitu, segala perbedaan pendapat akan bisa disikapi dengan santai.
“Saya yakin, kalau memang masyarakat Indonesia ini, mulai dari rakyatnya, pemimpinnya, serta para tokoh agama dan tokoh masyarakatnya, bisa bersatu padu dalam bingkai iman dan takwa, maka bangsa kita bisa mendapatkan keberkahan dari Allah subhanahu wa ta'ala,” ungkapnya.
Anggota DPR RI periode 1997-2014 dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan ini pun menjelaskan, kemajuan dan kebaikan suatu negara sebenarnya tergantung dari masyarakatnya sendiri.
“Kalau kita menyitir ayat Qur'an, bahwa Allah itu tidak akan merubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri. Innallaha laa yughoyyiru maa bi qaumin, hatta yughoyyiru maa bi anfusihim,” tambahnya.
Ia berharap kondisi yang aman dan damai serta kebersamaan anak bangsa janganlah dirusak oleh kepentingan sesaat.
Termasuk yang berkaitan dengan politik praktis untuk memperebutkan kekuasaan. Oleh karena itu, menghadapi tahun politik yang tinggal beberapa bulan lagi, sebaiknya tidak memakai prinsip politik machiavelis.
| QAQC Summit 2025 Hadirkan Forum, Perluas Jaringan Profesional Mutu |
|
|---|
| Tak Hanya Perpindahan Penduduk, Mentrans Ingin Transmigrasi Ciptakan Ekonomi Inklusif Berkelanjutan |
|
|---|
| Memantau Populasi Burung Pemangsa di Kawasan Puncak Bogor, Jadi Indikator Mengukur Ekosistem Sehat |
|
|---|
| Senyum Dedi Mulyadi Mengembang Buktikan Tudingan Purbaya Soal Rp 4,1 T Salah, Tagih Hadiah ke Menkeu |
|
|---|
| Adev Natural Indonesia, Kodim 0506 Tangerang dan Baitulmal Tazkia Salurkan Zakat di Kota Tangerang |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.