Tetapi, saat sore hari ia berpindah tempat di seberang Pasar Beringharjo.
"Saya kadang sampai jam 2 pagi baru pulang. Kadang malam sampai tidur di becak juga, ya sambil nunggu penumpang," bebernya.
Penghasilanya sebagai tukang becak pun tidak menentu.
Terkadang, di hari libur, ia bisa membawa uang untuk keluarganya.
Namun, terkadang Ia juga harus rela pulang dengan tangan kosong, karena tidak mendapat penumpang.
"Kadang dapat, kadang tidak, Ya kalau ramai liburan sehari bisa dapat Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Ya bagi saya, berapapun, cukup tidak cukup tetap harus disyukuri," tandasnya.
Meski demikian, ada juga penumpang yang baik hati.
Terkadang ada penumpang yang tidak mau diberi uang kembalian, bahkan memberikan uang lebih kepada Wawan.
Dulu, Wawan menyewa becak untuk mencari nafkah.
Ia harus membayar Rp 10.000 untuk sewa becak setiap harinya.
Wawan pun bertekad untuk memiliki becak sendiri.
Ia akhirnya menyisihkan uang penghasilanya untuk ditabung.
Setelah beberapa tahun, uang tabungan itu digunakanya untuk membeli becak.
"Nabung sebisanya mas, kadang Rp 1.000 kadang ya Rp 5.000. Satu tahun lalu, Saya bisa beli becak ini, harganya Rp 700.000," tuturnya sambil tersenyum.
Mandiri sejak kecil