4 Kejanggalan Kasus Dosen Semarang Tewas Tanpa Busana, Gelagat AKBP Basuki Dicurigai Keluarga Korban

Sederet kejanggalan di balik kematian dosen Untag Semarang bernama Dwinanda Linchia Levi disorot. Termasuk gelagat aneh saksi kunci, AKBP Basuki.

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
kolase wartakotalive dan Tribun Jateng
DOSEN SEMARANG TEWAS: Sederet kejanggalan di balik kematian dosen Untag Semarang bernama Dwinanda Linchia Levi disorot. Termasuk gelagat aneh saksi kunci, AKBP Basuki yang dicurigai keluarga korban. 

Padahal selama ini kata Tiwi, Dwinanda tidak pernah menceritakan sosok Basuki sama sekali.

Keluarga mendapatkan informasi bahwa Dwinanda dimasukkan ke KK Basuki supaya bisa pindah KTP ke Semarang.

DOSEN TEWAS DALAM KAMAR - Dosen Hukum Pidana Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Dwinanda Linchia Levi ditemukan tewas dalam kamar di Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/11/2025).
DOSEN TEWAS DALAM KAMAR - Dosen Hukum Pidana Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Dwinanda Linchia Levi ditemukan tewas dalam kamar di Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/11/2025). (Ist)

4. Tak hadiri autopsi korban

Dari informasi soal KK korban dan Basuki yang sama, keluarga Dwinanda mengurai pertanyaan lain.

Keluarga bingung, jika memang Basuki sedekat itu dengan korban sampai memasukkannya di KK yang sama, kenapa Basuki tidak hadir saat proses autopsi korban.

Keluarga mengaku sempat menunggu Basuki hingga sore hari tapi tak kunjung datang.

"Kalau namanya saudara, seharusnya hadir, tapi sampai sore dia tidak datang," ujar Tiwi.

Sementara itu perihal penyebab kematian korban, pihak kepolisian menguak fakta mengejutkan.

Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir menjelaskan bahwa kematian korban diduga karena sakit, bukan pembunuhan.

Baca juga: Curhat Penyesalan Polisi Muda Usai Habisi Dosen, Bripda Waldi Ungkap Fakta Baru Soal Alasan Membunuh

Dugaan soal penyakit korban itu terkuak setelah rekam medisnya terungkap.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Dwinanda ternyata sempat menjalani pengobatan di rumah sakit.

"Penyebab kematian korban diduga karena sakit. Sebab, dua hari berturut-turut (15-16 November 2025) korban berobat ke Rumah Sakit Tlogorejo Semarang," kata AKP Nasoir.

Berdasarkan rekam medis korban, tercatat bahwa tensi darah Dwinanda menunjukkan angka tinggi yakni 190 mmHg dan kadar gula darah 600 mg/dl.

Selain itu, terkait jasad korban, penyidik dari Tim Inafis Polrestabes Semarang tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh Dwinanda.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News  

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved