Praktikum Bedah Mayat, Mahasiswa Kedokteran Ini Kabur Nangis Lihat Jasad Sahabat : Dia Mati Ditembak
Praktikum bedah mayat ini dilakukan agar para mahasiswa kedokteran ini mengenal soal anatomi tubuh manusia.
Penulis: Uyun | Editor: Damanhuri
Keluarga Divine akhirnya berhasil mengeklaim jenazahnya. Namun mereka tak bisa melaporkan perbuatan kejam polisi.
Baca juga: Bunuh Janda Penjual Nasi di Bogor, Anak Gadis Korban Ikut Dibuat Tak Berdaya, Ini Pengakuan Pelaku
Dalam banyak kasus, polisi membela diri dengan mengatakan bahwa mereka yang hilang adalah perampok bersenjata yang tewas dalam baku tembak.
Apa yang dihadapi Enya Egbe menggarisbawahi dua hal, yakni kurangnya mayat yang tersedia bagi mahasiswa kedokteran di Nigera dan apa yang terjadi terhadap korban kekerasan polisi dan petugas keamanan.

Nigeria bahkan dilanda protes terhadap kebrutalan polisi tahun lalu.
Sejak abad ke-16 hingga abad ke-19, undang-undang di Inggris mengatur agar mayat penjahat yang dieksekusi diberikan ke sekolah kedokteran - hukuman yang juga bertujuan untuk memajukan ilmu pengetahuan.
Di Nigeria mengadopsi aturan tersebut, sehingga undang-undang menyatakan apabila ada "mayat yang tidak diklaim" di kamar mayat, maka mayat tersebut akan dikirim ke kampus kedokteran.
Negara juga dapat mengambil jenazah penjahat yang dieksekusi, meskipun eksekusi terakhir terjadi pada 2007.
Baca juga: Sembunyi di Hutan, Kisah Pelarian Pembunuh Bos Warung Nasi Berakhir di Tangan Polisi : Tidak Melawan
Lebih dari 90% mayat yang digunakan di sekolah kedokteran Nigeria adalah "penjahat yang dibunuh dengan cara ditembak", menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal medis Clinical Anatomy pada 2011.
Kenyataannya, ini berarti mereka adalah tersangka yang ditembak mati oleh aparat keamanan.
Perkiraan usia mereka antara 20 dan 40 tahun, 95% di antaranya adalah laki-laki, dan tiga dari empat orang berasal dari kelas sosial ekonomi rendah.
"Tidak ada yang berubah 10 tahun kemudian," kata Emeka Anyanwu, seorang profesor anatomi di Universitas Nigeria, yang ikut menulis penelitian tersebut.
(TribunBogor/BBC Indonesia) -