Sisi Lain Bogor

Jejak Rumah Tua di Perkebunan Teh Puncak Bogor, Peninggalan Belanda yang Dibangun Sejak Tahun 1903

Rumah yang konon dibangun sejak tahun 1903 itu menjadi saksi bisu perjalanan panjang perkebunan teh Ciliwung di kawasan Puncak Bogor.

Penulis: Wahyu Topami | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Rumah Peninggalan Belanda Orang Nomor Satu Perkebunan Teh Ciliwung, Puncak Bogor, Rabu (25/10/2023).  

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Wahyu Topami

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Di tengah perbukitan yang hijau subur di Puncak Bogor, tersembunyi sebuah peninggalan rumah tua bersejarah peninggalan masa penjajahan  Belanda.

Rumah yang konon dibangun sejak tahun 1903 itu menjadi saksi bisu perjalanan panjang perkebunan teh Ciliwung di kawasan Puncak Bogor.

Rumah peninggalan Belanda tersebut, kini dikenal sebagai tempat peristirahatan keluarga orang nomor satu di perkebunan teh Ciliwung.

Menurut mantan kepala perkebunan teh Ciliwung, Henda Budiman (59), menceritakan sejarah dan beberapa peristiwa yang melibatkan rumah bersejarah ini.

"Peninggalan Belanda rumahnya, zaman perkebunan teh. Mungkin dulu dihuni orang pertama yang punya perkebunan teh," ujarnya pada TribunnewsBogor.com, Rabu (25/10/2023).

Rumah ini menjadi peninggalan Belanda sejak era kolonial dan kemudian menjadi saksi dari berbagai peristiwa bersejarah.

"Itu peninggalan Belanda sebetulnya, terus tahun 1965-an itu (diambil alih) jepang, namanya doktor Wong. Dia punya istri, bu Yurianti Wijaya," kata Henda.

Ia menerangkan, saat ini rumah tersebut dikelola oleh keluarga doktor Wong dan istrinya Yurianti Wijaya.

Namun, Yurianti Wijaya telah meninggal sekitar empat tahun yang lalu. 

"Mungkin sekarang udah sama anaknya, karena Bu Yuri 4 tahun yang lalu udah meninggal gitu, sekarang yang megang anaknya," ungkapnya.

Ada empat anak dari Yurianti Wijaya dan salah satunya yang paling sering mengunjungi rumah ini adalah putri perempuan yang bernama Mimin.

"Saat ini jadi persinggahan atau peristirahatan anak-anaknya Bu Yuri, sering kesini setahun sekali, kadang nginap disini," terangnya.

Menurutnya, meski sudah berusia lebih dari 100 tahun, namun rumah tersebut tampak masih kokoh.

"Kalau untuk kaya bencana lah, dibilang bencana ya kalau ujan atau bencana alhamdulillah engga itu rumah, kalau ada gempa aja rumah itu gapapa, paling juga perabotan yang di dalam doang yang pada jatoh, kalau misalkan itu sekarang perehatan paling ngecat, paling ganti genteng, gitu gitu aja, paling plafon. Yang lainnya masih original belanda cuman ya ada yang kropos kropos mungkin diganti," paparnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved