Polemik Gas 3 Kg

Jeritan Emak-emak Bogor Susah Cari LPG 3 Kg, Titip Pesan Menohok ke Pemerintah: Jangan Mempersulit

Kebijakan pemerintah melarang pengecer menjual gas 3 kilogram untuk menstabilkan harga nampaknya membuat masyarakat terutama emak-emak kelimpungan.

|
Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: khairunnisa
TribunnewsBogor.com
BOGOR LANGKA GAS: Momen warga antre LPG 3 Kg di pangkalan gas wilayah Cibinong (kiri) dan Citeureup (kanan) Kabupaten Bogor, Senin (4/2/2025). Kebijakan pemerintah melarang pengecer menjual gas 3 kilogram untuk menstabilkan harga nampaknya membuat masyarakat terutama emak-emak kelimpungan. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Jeritan emak-emak di Bogor atas kebijakan pemerintah melarang pengecer menjual LPG 3 Kg untuk menstabilkan harga belakangan viral.

Pasalnya pembelian gas kini dilakukan secara langsung ke pangkalan dan harus mengantre karena berebut dengan warga lain yang juga membutuhkan.

Terkait hal tersebut, Rika yang merupakan seorang ibu rumah tangga di Cibinong, Kabupaten Bogor mengungkapkan kekecewaanya.

Wanita berusia 37 tahun itu menilai kebijakan ini merepotkan masyarakat karena harus mengorbankan waktu untuk mencari gas 3 kilogram.

Ia pun merasakan sendiri betapa repotnya mencari gas eliji ukuran 3 kilogram hingga harus mendatangi lebih dari lima tempat penjualan.

"Jelas mempersulit ya kalau sebenernya sih, kalau masyarakat gini, harga mahal boleh tapi gas jangan langka gitu lho, ada. Itu pasti masyarakat walaupun mahal pun pasti dibeli karena kita butuh," ujarnya saat dijumpai TribunnewsBogor.com, Senin (3/2/2025).

Ia pun menggambarkan warga yang tidak memiliki kendaraan dan harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk membeli satu tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram.

Di sisi lain, kata dia, tidak ada jaminan bahwa tempat yang didatangi sedang memiliki stok karena tingginya permintaan dari masyarakat.

"Kalau kayak kita nih yang punya kendaraan atau bagaimana, kita bisa nyari keluar. Kalau yang engga Itu dia, susah, bukannya mempermudah, malah bener-bener mempersulit," katanya.

Baca juga: Serba-serbi Regulasi Baru Gas Elpiji 3 Kg, Koboi di Bogor Berpose di Tabung Hingga Keliling Kampung

Baginya, lebih baik membeli gas di pengecer dengan harga selisih lebih tinggi seribu hingga dua ribu rupiah dibandingkan harus membeli di pangkalan senilai Rp19 ribu.

Sebab jika membeli di pangkalan, sambungnya, banyak yang harus dikorbankan oleh masyarakat.

"Mendingan Rp21 ribu gampang daripada harga misalnya nih Rp15 ribu kita harus muter kemana-mana, engga efisien, ngabisin waktu, ngabisin tenaga. Kan istilahnya gini kata orang 'engga apa-apa harga mahal, yang penting ada barang'," ucapnya.

Lebih lanjut, ia pun berharap pemerintah meninjau kembali kebijakan tersebut agar masyarakat tidak merasa dirugikan.

"Pokoknya ke depannya lebih baik, mempermudah masyarakat, jangan mempersulit, apapun yang masyarakat butuhkan, tolonglah dipermudah," pungkasnya.

Emak-emak di Citeureup

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved